Perjalanan buat
saya bukan sekedar soal kesenangan semata. Perjalanan bagi saya tidak ada
bedanya dengan proses belajar, khususnya adalah proses Iqra’. Dalam perjalanan,
saya berusaha memaksimalkan seluruh panca indera saya untuk melihat sekeliling,
memahami, mengambil pelajaran dan bisa mendapatkan ilmu atau inspirasi dari
sana.
Tidak semua
perjalanan yang saya lakukan bisa menyajikan makna tersebut kepada saya, tetapi
ada beberapa yang meninggalkan kesan dan inpirasi yang mendalam. Salah satu
perjalanan yang berkesan itu adalah kesempatan saya melakukan perjalan ke Zona
Madina Dompet Duafa. Tempat ini terletak di Jl. Raya Parung KM 42 Kab Bogor.
Bekeliling ke sebuah lembaga zakat, pasti tidak terbayangkan ada hal menarik di
sana. Saya awalnya hanya menggambarkan ada kantor, masjid dan mungkin asrama
anak-anak duafa atau yatim. Yah seperti kebanyakan lembaga zakat. Namun, saya
segera menyingkirkan pikiran tersebut saat mulai melangkah masuk ke bangunan
sebuah sekolah bernama Smart Ekselensia.
Saat memasuki
lorong sekolah ini, kita akan melihat piala yang berjejer rapi disusun
bertingkat. Sudah pasti sekolah ini kaya prestasi baik akademis maupun non
akademis. Di sekolah ini SMP-SMA hanya ditempuh dalam waktu 5 tahun. Lumayan
kan, bisa menghemat waktu studi 1 tahun dibandingkan sekolah pada umumnya. Fasilitas
di sekolah ini juga sangat memadai, ada ruang kelas yang diatur sesuai bidang
studi. Jadi di sini sistemnya moving class. Ada gedung pusat sumber belajar
yang terdiri dari ruang perpustakaan yang nyaman dengan buku-buku ilmu
pengetahuan umum dan agama yang berkualitas. Di lantai 2 gedung ini juga
terdapat studio film. Di sini siswa bisa belajar tentang film dan menonton
film, tentu saja sudah melalui sensor.
Di sekolah Smart
Ekselensia, seluruh siswa diasramakan. Ada ruang tidur siswa lengkap dengan
fasilitasnya. Kalau berkunjung ke asrama seperti ini, kita mungkin membayangkan
kamar tidur yang berantakan, lantai yang kotor, perkakas berserakan. Itu tidak
berlaku di asrama Smart Ekselensia. Kawasan sekolah yang asri serta asrama yang
bersih dan rapi adalah pemandangan yang bisa kita lihat.
Kita mungkin
akan berpikir, pasti mahal ya sekolah di sini. Eits, jangan salah…semua ini
‘absolutely free’. Bahkan mulai dari makan, sabun, sampoo, deterjen dan lain
sebagainya merupakan fasilitas yang disediakan oleh asrama. Tapi tidak semua
siswa bisa masuk di sini. Sekolah ini didirikan untuk anak-anak duafa
berprestasi yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Buat saya ini
luar biasa. Kalau akses menjangkau pendidikan bagi anak duafa mungkin tidak
terlalu sulit. Mereka bisa sekolah di sekolah formal ataupun nonformal dengan
biaya rendah atau bahkan gratis di daerah tempat mereka tinggal. Namun, tentu
saja jangan berharap mendapatkan fasilitas yang memadai. Jangankan fasilitas
seperti perpustkaan, laboratorium, studio film yang bagus, bangku sekolah saja
kadang sudah tidak memadai. Di sekolah Smart Ekselensia ini, anak-anak duafa
justru mendapatkan kualitas pendidikan yang sangat baik. Wajar saja lulusannya
kemudian 100% masuk PTN, bahkan sudah ada yang melanjutkan S2 di luar negeri.
Sungguh luar biasa, mereka yang awalnya hanya sebagai penerima zakat justru
bisa meningkat taraf hidupnya dan menjadi muzaki. Anak-anak ini kemudian bisa
berkontribusi dengan profesinya masing-masing di berbagai sektor masyarakat.
Bisa mengangkat nama baik keluarga, bangsa bahkan juga identitas muslimnya di
kancah yang lebih luas.
Selain mencetak
murid yang berkualitas, Dompet Duafa juga mencetak guru yang berkualitas. Tidak
hanya menerjunkannya untuk mengajar di kota besar, tetapi di berbagai pelosok
desa, di kepulauan dan daerah perbatasan. Jika gurunya hebat, pasti bisa
mencetak generasi yang hebat pula. Akses guru berkualitas itu dapat dirasakan
oleh siswa-siswa di berbagai pelosok negeri ini.
Setelah
berkeliling ke pusat pendidikan, saya bersama rombongan blogger trip menuju
area Rumah Sehat Terpadu. Jangan dibayangkan ini seperti tempat rekreasi atau
tempat kebugaran dan makanan sehat. Sebenarnya ini adalah rumah sakit, tetapi karena
filosofinya rumah sakit itu untuk menyehatkan orang, makanya disebut rumah
sehat. Harapannya orang sakit yang dirawat di sini bisa sehat kembali.
Jika kita
masuk ke sini, kita seperti masuk di rumah sakit berkelas. Padahal ini adalah
rumah sakit yang diperuntukkan untuk duafa tanpa dipungut biaya apapun. Kalau
terdaftar jadi member, maka berobat di sini tidak usah bawa uang. Cukup bawa
identitas saja. Tentu saja sudah melalui survei yang dilakukan oleh tim DD.
Jadi bagi kamu yang mampu, jangan ngaku-ngaku duafa ya. Meskipun gratis, bukan
berarti fasilitasnya seadanya. Polinya cukup lengkap dengan peralatan yang
memadai. Bahkan tidak jarang juga menjadi rujukan dari klinik dan rumah sakit
yang lain.
Di dalam area
rumah sakit terdapat ruang terbuka dan taman yang asri. Ini akan membuat pasien
nyaman, sehingga bisa semakin mempercepat proses penyembuhan. Karena nyamannya,
sampai ada pasien yang setelah sembuh tidak mau pulang. Kata mereka lebih enak
di rumah sakit. Makan gratis, tempat tidurnya nyaman, ber-AC, fasilitasnya
komplit. Sedangkan rumah mereka sempit dan fasilitasnya tidak seperti di rumah
sehat ini. Tapi tetap harus pulang ya setelah sembuh.
Kalau kita
perhatikan, di tiap depan kamar perawatan ada nama-nama orang tempampang di
situ. Itu adalah nama dari donatur yang telah wakaf untuk pembangunan rumah
sakit tersebut. Ada yang wakaf untuk satu ruang tertentu, ada pula yang
patungan. Dompet Duafa sengaja menaruh nama-nama tersebut agar senantiasa
diingat bahwa rumah sakit tersebut adalah gedung yang dibangun oleh banyak
pihak. Banyak pihak yang turut berkontribusi, sehingga ini menjadi amanah yang
harus senantiasa dijaga.
Setelah ke
area rumah sakit, kita refreshing dulu sambil ngabuburit. Meski refreshing,
tapi tetap bermanfaat yaitu belajar memanah
dan silat. Dua olahraga ini dikembangkan di zona Madina sebagai sarana
kesehatan, pelestarian budaya dan sunnah serta memberdayakan masyarakat
sekitar, khususnya guru silat. Paling seru saat belajar silat, gurunya jago
banget. Meski tidak sampai 30 menit, tapi kita diajari teknik dasar untuk
mempertahankan diri dengan cara sangat mudah tapi berkhasiat. Mantab deh
pokoknya.
Alhasil, trip
yang saya lakukan dari pagi hingga magrib di lahan seluas 7 ha tersebut rasanya
sangat masih belum cukup. Seakan butuh waktu lebih banyak untuk bisa
mengeksplorasi kawasan terpadu Zona Madina Dompet Duafa. Banyak sekali
inspirasi yang bisa digali dari sana. Pengembangan sistem pendidikan
berkualitas, pengelolaan ZIS secara profesional dan tepat sasaran, pembangunan
generasi muslim yang berilmu dan berakhlak, pemberdayaan masyarakat yang
berkelanjutan, manajemen lembaga yang profesional dan masih banyak lagi.
Saya masih
ingat sharing penutup dengan pengurus sebelum acara berakhir bahwa kunci dari
pembangunan masyarakat yang berkelanjutan adalah kolaborasi dan bersinergi.
Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan, pendidikan dan kemanusiaan di Indonesia
ini tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat dan hanya oleh segelintir
orang. Perlu ada upaya terus menerus dan massif untuk melakukan kampanye
kebaikan. Tidak cukup satu atau dua lembaga yang melakukan suatu gerakan
pembangunan. Harus ada kolaborasi dari seluruh elemen, baik pemerintah maupun
swasta, di tingkat nasional maupun lokal. Setiap orang di profesi dan perannya
masing-masing harus saling bersinergi dan memberikan kontribusi terbaiknya bagi
bangsa ini.
Saya sudah
lama tahu keberadaan Dompet Duafa, tetapi baru kali ini saya benar-benar tahu
tentang kegiatan, pengelolaan dan pembangunan yang sudah dilakukan. Saya merasa
tertular virus setelah mengikuti trip ini. Virus itu adalah virus kebaikan dan
optimisme dalam berperan di pembangunan Indonesia. Tentu saja, saya tidak mau
tertular virus ini sendirian. Saya ingin kalian juga tertular virus kebaikan
ini. Mari menularkan virus kebaikan ini sebanyak-banyaknya, melalui kampanye
kebaikan dan gerakan kolaborasi untuk Indonesia yang lebih baik.
Mau merasakan
pengalaman yang sama? Yuk, kunjungi Zona Madina Dompet Duafa.