Pembangunan Karakter Santri
Setiap ada kesempatan untuk ngobrol dengan
para santri Al Ittifaq, saya manfaatkan untuk bertanya tentang dari mana asal mereka,
motivasi dan kesan selama di pesantren ini. Opini yang disampaikan santri mengenai
pesantren hampir sama, sepertinya karena yang saya temui adalah santri yang
sambil bekerja, sehingga kebanyakan dari mereka merupakan anak yang giat
bekerja. Mereka menyampaikan nilai positif nyantri di sana yang tidak hanya
belajar agama saja tetapi juga bisa belajar agribisnis. Mereka yang sudah
nyantri 3-4 tahun bahkan ada yang 8 tahun merasa betah tinggal di pesantren.
Mereka merasa di pesantren bisa seimbang antara dunia dan akherat. Mereka bisa
bekerja tetapi juga tidak melupakan ibadah.
Tidak sedikit dari para santri yang
kemudian menikah dengan santri lain dan menetap di sana. Ternyata di pesantren
ini juga terdapat program nikah massal yang dilaksanakan satu tahun sekali. Santri
yang sudah cukup usia dan tabungan diberi penawaran oleh Pesantren,
apakah ingin menikah atau tidak. Jika ingin menikah namun belum punya calon,
pesantren juga membantu mencarikan jodoh. Tidak sedikit santri yang menikah
dengan sesama santri dan kemudian melanjutkan hidup di pesantren dan menjadi warga
kampung Ciburial ini. Merekapun bisa bekerja di lingkungan Pesantren. Ada yang
menjadi guru, Ustad, pengurus masjid, pengurus agribisnis atau juga petani yang
tergabung dalam anggota koperasi Al Ittifaq. Ini merupakan salah satu bentuk
kepedulian pesantren akan masa depan santrinya.
Nilai-nilai utama yang ditanamkan oleh
pesantren Al Ittifaq adalah sholat tepat waktu. Saat Adzan sudah terdengar,
maka diwajibkan untuk meninggalkan semua pekerjaan, bergegas mengambil wudlu
dan sholat. Menurut Pesantren sholat merupakan wujud hubungan langsung kita
kepada Allah, panggilan sholat sama dengan panggilan Allah. Orang yang tidak
peduli terhadap panggilan sholat, menomorduakan apalagi tidak peduli maka
akibatnya, Allah pun juga akan memperlakukannya sama seperti itu. Sholat wajib
harus di atas segalanya, tidak hanya tidak boleh ditinggalkan tetapi harus
segera ditunaikan saat adzan telah berkumandang. Nilai-nilai ini ditekankan
tidak hanya di lingkungan pesantren, namun di seluruh masyarakat ciburial.
Sehingga dapat kita lihat, jika sudah mendekati adzan kebanyakan orang mulai
bersiap untuk sholat. Meskipun tidak benar-benar semua warga masyarakat, namun
setiap waktu sholat, masjid selalu ramai oleh jamaah.
Untuk kegiatan belajar lain yang dijalani
oleh santri tidak jauh berbeda dengan pembelajaran di pesantren-pesantren pada
umumnya, sebagaimana yang saya sampaikan di awal. Namun, selain belajar ilmu
agama secara literal, di Pesantren ini juga memiliki nilai-nilai yang
dijunjung. Pesantren menekankan kepada santrinya agar mau bekerja keras dalam
menjalani hidup ini. Dalam suatu kesempatan mengikuti pengajian rutin, saya
mendengar salah satu Kyai di sana menyampaikan bahwa Indonesia ini merupakan
negara yang kaya, tidak ada yang sesubur tanah Indonesia, tetapi Indonesia
hanya menjadi negara berkembang. Hal itu dikarenakan orang Indonesia itu malas.
Kalau ingin menjadi bangsa yang besar, harus kerja keras.
Itulah mengapa di Pesantren terdapat berbagai
kegiatan yang dapat diikuti santri untuk keberlangsungan hidupnya saat ini
maupun di masa yang akan datang. Santri dapat belajar gratis di sini asal
mereka ikut salah satu kegiatan yang disediakan oleh pesantren. Tidak hanya itu, hasil kerja
mereka juga menjadi tabungan mereka untuk bekal setelah lulus dari Pesantren.
Jadi para santri yang bekerja itu bukan hanya pengabdian semata. Namun, bekal untuk dunia dan akherat.
Pesantren di Nadi Kehidupan Masyarakat
Niat awal saya pergi ke Pesantren ini hanya
untuk belajar agribisnisnya. Saya pribadi tidak terlalu berminat untuk ikut
dalam kegiatan pesantren dalam arti nyantri. Saya berharap dengan belajar di
sana saya bisa tahu tentang bagaimana pertanian mulai dari produksi hingga
distribusi. Saya juga bisa mengetahui bagaimana manajemen agribisnis dijalankan
dan cara memberdayakan petani. Itu
karena saya tertarik dengan sektor agribisnis, bisa
mengembangkan pertanian, memberdayakan petani dan membuat koperasi semodel al
Ittifaq. Namun setelah menjalani hari-hari di sana, banyak pelajaran yang
justru saya dapatkan di luar persoalan agribisnis.
Bagi saya, sebuah lembaga yang punya spirit
untuk mendakwahkan nilai Islam dengan bil hikmah dan hadir secara nyata di
tengah-tengah masyarakat merupakan lembaga yang luar biasa. Peran agama sudah
pasti sangat besar dalam mengarahkan hidup manusia. Agama merupakan fondasi
sekaligus pagar dan atap. Agama merupakan akar yang menjadi dasar benar salah
dan baik buruk dalam hidup manusia sekaligus menjaga manusia dari kehidupan
yang salah arah. Kita tidak bisa berharap bahwa semua manusia bisa memahami
secara tepat benar dan menyeluruh ajaran agama Islam mulai dari pendasaran
hingga amaliyahnya. Pemahaman dan penguasaan manusia terhadap ajaran Islam
tentu beragam, namun ketika bisa mengajak orang untuk beriman kepada Allah dan
Islam, lalu membangun kesadaran untuk terus belajar dan mengamalkan nilai Islam
merupakan hal yang tidak bisa dibilang mudah. Siapapun yang berjuang dalam hal
tersebut patut dikagumi.
Di sini saya melihat gerakan sebuah pesantren yang bisa menerjemahkan Islam dengan bahasa masyarakat yang nyata. Peran pesantren tidak hanya sebatas dalam ajaran agama yang normatif ataupun fiqh-fiqh yang rumit. Tidak melulu tentang madrasah dengan kurikulum yang diajarkan setiap hari ke siswanya. Pesantren dapat hadir di tengah-tengah masyarakat, baik warga maupun santrinya untuk berusaha berjalan pada titik keseimbangan dunia dan akhirat. Saya katakan berusaha karena kita sebagai manusia tidak bisa benar-benar tahu apakah kita sudah berada di titik yang benar-benar seimbang. Sebab yang memiliki ilmu untuk mengukur titik yang benar-benar seimbang itu hanyalah Allah. Tetapi di sini pesantren mampu mengajak warga dan santrinya untuk berjalan pada jalur agama tanpa acuh terhadap kehidupan dunianya.
Di sini saya melihat gerakan sebuah pesantren yang bisa menerjemahkan Islam dengan bahasa masyarakat yang nyata. Peran pesantren tidak hanya sebatas dalam ajaran agama yang normatif ataupun fiqh-fiqh yang rumit. Tidak melulu tentang madrasah dengan kurikulum yang diajarkan setiap hari ke siswanya. Pesantren dapat hadir di tengah-tengah masyarakat, baik warga maupun santrinya untuk berusaha berjalan pada titik keseimbangan dunia dan akhirat. Saya katakan berusaha karena kita sebagai manusia tidak bisa benar-benar tahu apakah kita sudah berada di titik yang benar-benar seimbang. Sebab yang memiliki ilmu untuk mengukur titik yang benar-benar seimbang itu hanyalah Allah. Tetapi di sini pesantren mampu mengajak warga dan santrinya untuk berjalan pada jalur agama tanpa acuh terhadap kehidupan dunianya.
Santri di sini diajarkan untuk bekerja dan
berbaur dengan masyarakat. Mereka secara langsung maupun tidak diajarkan
bekerjasama dengan masyarakat agar ketika lulus dari pesantren merekapun juga
bisa hadir di tengah-tengah masyarakat dengan baik. Koperasi yang dikelola oleh
pesantren berusaha untuk bisa membantu masyarakat meningkatkan daya jual yang
dapat meningkatkan kesejahteraannya.
Meski tidak benar-benar sempurna dan tentu
ada kekurangan dan kelemahan yang masih dapat kita kritisi dari pesantren ini,
namun dapatlah nilai idealnya menjadi inspirasi sebuah gambaran masyarakat
madani. Sebuah masyarakat yang saat mendengar adzan subuh terbangun, di antara
mereka banyak yang bergegas ke masjid. Setelah itu mereka mulai bekerja, ada yang pergi ke
ladang, mengurus hewan ternak, membersihkan rumah, berjualan, anak-anak pergi
ke sekolah, dsb. Ketika menjelang dzuhur, dari masjid terdengar bacaan Al
Qur’an atau sholawat, orang-orang mulai menghentikan pekerjaannya dan bersiap
untuk sholat dhuhur. Setelah itu, mereka melanjutkan kembali pekerjaannya
hingga menjelang ashar dengan pola yang sama. Sampai magrib datang, selepas
magrib ada yang berdzikir atau beristirahat sambil menunggu waktu Isya’ datang.
Selepas Isya’ mereka beraktifitas lagi, entah bekerja, berkumpul dengan
keluarga, belajar, mengaji hingga malam saat istirahat datang. Hingga dini hari
masih didapati orang-orang yang terbangun untuk sholat tahajjud. Meski begitu, tentu
saja tidak akan terlepas dari adanya konflik, masalah-masalah sosial, atau
apapun persoalan yang pasti datang. Tetapi ketika warna yang dominan adalah
seperti gambaran di atas, tentu itu sesuatu yang indah.
Dalam kenyataannya, untuk bisa mewujudkan
gambaran masyarakat seperti di atas, bukanlah persoalan yang mudah. Butuh
puluhan tahun dan mungkin harus diwariskan melalui estafet dari generasi ke
generasi. Al Ittifaq melukis cukup manis pada perjuangannya juga telah menempuh
tahun-tahun yang panjang penuh dengan tantangan dalam lingkup kampung Ciburial.
Jika berharap lukisan indah tersebut juga dapat terwujud di berbagai sudut
negeri ini, tentu butuh banyak Al Ittifaq-Al Ittifaq yang lain. Jika sepak
terjang Al Ittifaq dapat menginspirasi lalu membuat banyak orang tergerak untuk
berkiprah secara menyeluruh maupun dalam sub sektor tertentu, kita dapat
melihat lukisan indah itu lebih banyak. Tidak harus dengan satu lembaga dapat
membangun di semua sektor, tidak harus satu ‘Superman’ yang punya ide dan
impact di segala sektor. Setiap orang dengan idenya, gerakannya, keahlianya dan
bidangnya dapat bekerjasama membangun jaring yang kuat dan bersama membuat
lukisan indah itu.
luar biasa mba kila
ReplyDeleteterima kasih sangat inspiratif tulisannya
trimakasih juga sudah mampir...semoga bisa bermanfaat
Delete