Social Icons

Pages

Thursday, June 23, 2016

Batas Manusia yang Sering Terlupa



Manusia merupakan makhluk yang lebih tinggi dibanding makhluk ciptaan Allah yang lain. Saat diciptakannya Adam, semua makhluk disuruh sujud padanya oleh Allah. Karena pada makhluk yang satu ini diberikannya ilmu pengetahuan dan berbagai kelebihan dibandingkan yang lainnya. Manusia memiliki akal, rasa, kehendak, hawa nafsu dan segala perangkat di dalam dirinya. Ia bisa menalar, belajar, berkembang, membuat sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh makhluk lain. Untuk itulah dibebankan amanah kepadanya untuk menjadi khalifah di bumi ini.
Namun di balik kelebihan tersebut, manusia tetaplah manusia. Ia bisa benar namun juga salah. Ia bisa menghasilkan sesuatu yang benar tetapi tidaklah benar-benar sempurna. Ia bisa menalar sedemikian jauh, tetapi tetap tidak dapat menembus yang gaib dan tersembunyi di dalam hati. Secerdas apapun seorang manusia, masih saja dapat salah. Sebaik apapaun manusia, ada saja khilafnya.
Sering-sering kita mengingat hal ini agar kita tidak menjadi manusia yang melampaui batas. Kita tentu pernah melakukan analisa dan penilaian bahkan selalu. Dalam melihat dan merespon sesuatu, kita akan melakukan proses tersebut, lupanya kita akan kemungkinan kita bisa salah akan membawa kita pada jebakan hawa nafsu. Saat kita menganggap apa yang kita pahami adalah final dan paling benar, saat kita mulai meremehkan orang lain, menyalahkan tanpa mau mendengar, atau mendengar tapi sudah tak mau memahami, saat itulah pintu kebenaran tertutup.
Terlebih dalam persoalan hati. Dunia sekitar kita kadang sangat mudah menjustifikasi. Kadang bahkan sampai saling mengkafirkan, memunafikkan dan menstatusi pendosa. Padahal Allah sendiri selalu membuka lebar pintu taubat bagi yang bersungguh-sungguh. Kita bisa melihat seseorang beramal puluhan atau ratusan juta. Tetapi dapatkah kita mengetahui apa yang ada di dalam hatinya? Apa tujuannya? Ia bisa bermain peran sangat cantik, tetapi sungguhkah kita bisa menerka yang ada di dalam hatinya? Kita hanya bisa menerka, menganalisa bisa saja benar, tetapi bisa saja salah. Saya jadi berpikir adanya sistem peradilan hukum yang begitu kompleks dengan adanya hakim, juri, pengacara, jaksa, saksi, ahli, dsb adalah suatu bentuk sistem yang sangat berhati-hati dalam menetapkan status dan hukuman bagi seseorang. Jika memutuskan yang salah, tentu itu akan merugikan bahkan menghancurkan seseorang. Tentu saja itu bisa jadi suatu kedzaliman. Dan kenyataannya banyak sekali terjadi salah tangkap atau korban kriminalisasi.
Apalagi kita yang dalam kehidupan sehari-hari tanpa melalui proses yang sedemikian kompleks seperti itu. Satu orang bicara, sangat mudah diikuti oleh yang lain. Kadang kita sendiri yang menilai dengan data dan analisa yang terbatas, tetapi kemudian kita jadikan kebenaran absolut. Kita sebarkan suatu kesimpulan yang butuh dievaluasi ulang. Kita tak sadar, dugaan sudah kita jadikan kesimpulan. Realitas kita baca dengan frame tertentu. Kecondongan atau prasangka kita jadikan pijakan dalam analisa. Lalu kita klaim sebagai hal benar dan paling benar. Saat ada yang menyanggah dan memberikan pandangan lain segera kita abaikan bahkan kita hujat. Yah, kita jadi lupa sehingga kadang mengambil peran Tuhan sebagai yang Maha benar dan Maha tahu.
Tentu jangan sampai kita takut menyampaikan hal yang benar, tetapi alangkah baiknya jika kita tetap tahu batas. Apakah kita sudah benar-benar berproses dengan baik untuk membedah suatu realitas, menganalisa dengan teliti dan metode yang ketat untuk suatu kesimpulan? Atau kita sekedar ikut, “katanya” atau “dengar-dengar begitu”. Bukankah kelak semua akan dimintai pertanggungjawaban. Marilah kita tahu batas kita dan senantiasa berhati-hati agar tak salah meyalahkan orang lain apalagi membuat orang lain saling tuding dan tuduh.

2 comments:

  1. Artikel yg sangat dalam, baik bg manusia secara umum ataupun bg yg sdg melakukan kesalahan penyimpulan dan sdh menjadi pola. Tetap berihtiar untuk memberi kebaikan dan kebahagiaan, walopun keadaan msh blm bs dijadikan sandaran, salut dan smoga qt bs mengejar ketertinggalan dari spirit dan usaha sul tsb. Ysf.

    ReplyDelete
    Replies
    1. yup, kita mungkin tidak bisa menjadi seutuhnya baik, tetapi usaha kita untuk menjadi baik semoga bisa menjadi nilai perjuangan yang diperhitungkan oleh Allah..tetap semangat n tak pernah menyerah ya..

      Delete

 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates