Social Icons

Pages

Thursday, June 16, 2016

Zakat Rahmatan lil’alamiin, Berkah untuk Indonesia



Dari data Baznas, zakat yang dapat dihimpun oleh lembaga-lembaga zakat pada tahun 2015 mencapai angka 4,1 T. Nilai itu sebenarnya masih jauh dari potensi zakat umat muslim di Indonesia yang diperkirakan dapat mencapai 217 T. Meski begitu, angka tersebut juga tidak bisa dibilang sedikit. Belum lagi jumlah sedekah ataupun infaq yang dapat dihimpun oleh lembaga ZIS sepanjang tahun.
Dari banyaknya dana yang terkumpul, menyisakan sebuah pertanyaan tetang sejauh mana dana zakat dapat memberikan dampak yang signifikan dalam pembangunan masyarakat muslim khususnya di Indonesia. Saya seringkali mendapati dana zakat dalam jumlah besar terkumpul di berbagai lembaga zakat di bulan Ramadhan, kemudian setelah itu seperti menguap tak berbekas. Setelahnya, lembaga pengelola zakat masih saja dengan bangunan lembaga yang sama, infrastruktur yang sama dan bahkan program yang sama setelah Ramadhan. Di tahun berikutnya bahkan mengajukan kembali proposal pengumpulan dana zakat untuk kegiatan yang tidak jauh berbeda. Bahkan dengan infrastruktur yang juga tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Lantas seberapa besar manfaat dana zakat yang dapat dirasakan dan digunakan secara berkelanjutan?
Menurut opini saya pribadi, persoalan zakat bukan hanya terletak pada pengumpulan zakat saja namun bagaimana pengelolaan dan penyaluran zakat dapat dilakukan secara optimal. Pengelolaan zakat secara profesional dan konstruktif dapat memberikan dampak yang signifikan bagi pembangunan sehingga memperkokoh bangunan umat Islam. Saat dana zakat dapat terkelola dengan baik dan dapat dirasakan dampaknya bagi masyarakat luas, tentu dengan sendirinya akan mendorong masyarakat untuk mengeluarkan zakatnya. Bahkan lebih jauh, tentu sebuah masyarakat madani dengan infrastruktur dan kemajuan peradaban dapat terwujud.
Kunci dari optimalnya pengelolaan zakat adalah analisa persoalan masalah yang terjadi di masyarakat serta manajemen alokasi zakat. Kita dapat belajar dari pengelolaan zakat di masa Mekkah di mana alokasi dana umat Islam banyak untuk keperluan membebaskan budak dan memberi bantuan kepada fakir miskin yang masuk Islam. Sedangkan saat masa Madinah, alokasi zakat diberikan pada 8 golongan sebagaimana yang tercantum di At-Taubah ayat 60. Namun di masa khalifah Umar, beliau tidak memberikan zakat kepada mualaf karena menilai orang yang masuk Islam saat itu sebagian besar adalah orang kaya dan mampu. Berbeda lagi di masa Abbasiyah di mana sistem pemerintahan Islam lebih mapan sehingga digunakan untuk melakukan pembangunan di berbagai sektor kehidupan. Alokasi dana umat Islam yang terkumpul diantaranya digunakan untuk  pembangunan gedung, sarana peribadatan, pendidikan, kesehatan, pengembangan ilmu pengetahuan di bidang penerjemahan dan penelitian bahkan juga perpustakaan yang megah.
Lantas bagaimana seharusnya pengelolaan zakat di Indonesia agar dapat optimal dan memberikan dampak yang signifikan khususnya umat muslim di Indonesia? Seperti yang kita pahami bahwa di Indonesia ini masih banyak sekali masalah yang membutuhkan penyelesaian. Masih banyak masyarakat muslim di berbagai pelosok daerah yang kurang akses pendidikan, kesejahteraan dan kesehatan. Hampir dapat dipastikan sangat sulit sekali umat islam dapat mengikuti arus perkembangan teknologi dan kemajuan jaman apabila dalam aspek-aspek yang mendasar saja masih mengalami kendala.
Kita mungkin perlu ada sebuah prototype pengelolaan zakat profesional dan kontruktif seperti di atas. Saya melihat lembaga seperti dompet duafa mampu menjadi sebuah prototype pengelolaan zakat yang profesional dan kontruktif di Indonesia. Selama 23 tahun berdiri sebagai lembaga yang mengelola ZIS, dompet duafa menghasilkan dampak yang tidak sedikit bagi masyarakat luas. Dompet Duafa memberikan prioritas yang besar bagi pembangunan kemanusiaan di sektor paling dasar, pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Hal ini sesuai dengan kebutuhan dasar bangsa Indonesia seperti minimnya akses pendidikan bagi anak-anak duafa, mahalnya biaya rumah sakit serta kemiskinan yang masih membayangi masyarakat Indonesia.
Pengelolaan lembaga yang profesional dengan manajemen yang baik di berbagai lini organisasi juga akan berpengaruh sejauh mana dana zakat dapat optimal digunakan. Pengelolaan dana zakat harus ditunjang oleh SDM berkualitas, pengembangan inovasi dan strategi melalui riset sehingga mampu mengikuti perkembangan masyarakat. Transparansi dan pertanggungjawaban kepada publik juga harus jadi penekanan agar ada kepercayaan donatur yang membuat mereka akan semakin termotivasi menyalurkan dana zakatnya.
Di Dompet duafa dalam mengembangkan lembaganya senantiasa menekankan pada profesionalisme, kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak. Terjalin kerjasama yang baik antar setiap elemen di internal maupun eksternal. Karena membangun Indonesia tidak cukup hanya dari satu pihak atau satu lembaga saja tetapi butuh bergandengan tangan dan kolaborasi dari seluruh elemen dari nasional hingga yang bergerak di lokal daerah.
Wajar saja jika di tahun ini Dompet Duafa mengusung tema zakatnesia berkah untuk Indonesia. Zakat tidak hanya sebagai beban yang harus dikeluarkan oleh masyarakat, namun manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat indonesia. Sampai di sini, kita akan bisa melihat dan merasakan bagaimana zakat menjadi instrumen yang sangat penting dalam menampilkan Islam sebagai agama yang rahmatan lil’alamiin. Selain itu juga menunjukkan bagaimana zakat memiliki kontribusi yang signifikan dalam pembangunan masyarakat Indonesia yang berkelanjutan. Maka dari itu meminjam tagline Dompet Duafa, di bulan suci nan penuh berkah ini “Mari berzakat semudah memberi like dan share”.
 http://www.dompetdhuafa.org/

3 comments:

 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates