Senin kemarin saya mengikuti sebuah forum yang asyik. Forum
yang diselenggarakan oleh Forum Indonesia Muda dan Buka Lapak di Balai Sarbini dari pagi hingga sore hari. Ini semacam
seminar leadership dan motivasi untuk para pemuda agar memiliki jiwa
entrepreneurship dan siap berada di era digital. Ada beberapa pembicara yang
hampir semuanya merupakan tokoh anak muda yang sukses di berbagai bidang,
khususnya dalam bidang digital.
Saya tidak akan mengulas satu per satu siapa dan apa saja yang
disampaikan oleh masing-masing pembicara. Dari sekian banyak pembicara, yang paling berkesan adalah materi yang disampaikan Ridwan Kamil atau
yang biasa disapa dengan Kang Emil. Saya terkesan dengan seseorang yang bisa
berhasil di bidangnya karena dorongan nilai-nilai agama yang baik. Saya jadi
belajar bahwa ajaran Islam itu universal dan membumi. Kang Emil menunjukkan
dengan bahasa sederhana dan bagaimana nilai-nilai tersebut diterapkan secara
praksis di kehidupan sehari-hari. Terlebih di jaman seperti sekarang ini,
sangat sulit sekali mencari figur pejabat yang ingat agama, bahkan
menjadikannya sebagai landasan dalam kehidupannya.
Di awal beliau menyampaikan, ‘Sebaik-baiknya manusia adalah yg bermanfaat'.
Itulah yang menjadi motivasinya dalam mengerjakan segala sesuatu. Kita banyak
mengenal Kang Emil setelah beliau menjadi walikota, tetapi sebenarnya beliau
sudah banyak berkecimpung di organisasi dan komunitas sejak lama. Semua komunitas
yang beliau buat adalah komunitas yang mengajak dan menggerakkan banyak orang
untuk kegiatan yang positif di berbagai bidang. Hingga kini pun banyak
program-program yang dibuat oleh Kang Emil dengan orientasi sosial,
menyejahterakan dan membahagiakan masyarakat.
Beliau menyampaikan bahwa manusia itu diciptakan untuk
menjadi khalifah di bumi ini. Paling minimal menjadi pemimpin bagi dirinya
sendiri, lalu keluarga. Jika mampu, maka menjadi pemimpin masyarakat yang lebih
luas. Dari situ saya menangkap bahwa apa yang kita lakukan tidak hanya untuk
kepentingan dan kesenangan kita belaka tetapi bagaimana bisa menjadi pemimpin
dalam arti memberi kebaikan bagi orang lain.
Tidak seperti para pembicara pada umumnya yang hanya
menekankan passion dan kreatifitas semata dalam membuat suatu project atau
memulai suatu usaha. Kang Emil menyampaikan untuk memulai harus berangkat dari
masalah yang ada di masyarakat. Beliau menyampaikan untuk mulai dengan masalah
yang sesuai dengan bidang kita atau yang kita senangi. Apa masalah yang kita
fokusi, misalnya kesehatan, pendidikan, ekonomi, budaya, dsb. Dari situ, lantas
rumuskan ide/gagasan untuk mendapatkan solusinya. Setelah menemukan konsep
pemecahannya, realisasikan dengan membuat komunitas dan mengajak banyak orang
untuk ikut serta dalam aplikasi ide tersebut. Dengan begitu akan banyak orang
yang bisa tergerak dan tertular virus kebaikan yang ingin kita buat. Di situlah
kemudian perubahan yang lebih baik bisa terus tercipta.
Saya membayangkan, jika ada seratus orang saja dengan bidang
dan profesinya masing-masing melakukan hal tersebut, maka ada seratus masalah di berbagai bidang yang terselesaikan. Dari seratus
orang tersebut membuat gerakan atau komunitas untuk kebaikan maka bisa jadi ada
seribu bahkan sejuta orang yang bergerak untuk kebaikan. Kang Emil juga menekankan
untuk selalu melakukan IQRO’. Iqro itu bukan saja membaca buku, tetapi membaca
kenyataan di sekitar kita, apa saja.
Dari apa yang dilakukan dan prestasi yang dibuat oleh
beliau, saya melihat beliau sangat teliti dalam membuat rumusan pemecahan
masalah. Tentu saja karena ditunjang data yang valid. Beliau punya tim analisa
dan membuat sistem birokrasi yang berbasis data aktual. Selain itu juga membuka
ruang dialog dan keterbukaan dengan rakyatnya. Wajar saja jika solusi yang
dihadirkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Bahkan ide-ide pembangunanpun
juga menampung aspirasi dari berbagai pihak, terutama warganya sendiri.
Karena di forum ini adalah tentang motivasi tentu saja Kang
Emil menekankan untuk siapa saja memiliki impian yang tinggi. Kata Kang Emil, “Jika
saya yang orang biasa saja bisa, Kalian pasti juga bisa”. Tapi beliau juga
menyampaikan pesan, "Mimpi harus tinggi, tapi
kaki harus tetap membumi". Ini artinya bahwa kita harus memiliki mimpi
yang setinggi mungkin, ingin berbuat sesuatu yang baik dan bermanfaat besar,
tetapi jangan sampai takabur.
Kang Emil mencontohkan seperti dirinya yang menjadi pemimpin. Perbedaan pemimpin dan rakyatnya hanya
beda tanggungjawab dan kesibukan, tapi pemimpin tetap manusia biasa, di hadapan
Allah juga sama dengan dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, pemimpinpun
tetap harus mau belajar dan mendengar dari rakyatnya, dari siapapun. Tidak
boleh merasa lebih mulia dari yang lain. Karena pemimpin masa kini adalah
pemimpin yang lahir dari rakyat, menjadi bagian dari sesama manusia. Ia bukanlah
seorang nabi atau raja yang merupakan perantaran Tuhan. Ya, sayapun memahami
siapapun manusia itu tidaklah suci dan mulia secara status dunia. Di hadapan
Allah tetap sama, hanya ketaqwaan yang berbeda dan itupun tentu Allah yang bisa
menilainya.
Yap, itulah pembelajaran yang
saya dapatkan dari paparan Kang Emil hari itu. Dari situ saya semakin percaya
bahwa ada nilai universal yang dipahami oleh manusia jika mau menggali ilmu dan
mengahayati makna. Ada dorongan dan pijakan nilai-nilai kebaikan yang apabila
itu dipahami lalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari akan memberikan efek
dan hasil yang baik. Dan nilai-nilai universal itu bisa ditemukan siapa saja,
dihayati dan diamalkan oleh siapa saja.
Saya bersyukur, saya bisa
terkoneksi dengan orang-orang baik di forum tersebut. Saya pun berandai-andai, apabila
ada orang dengan berbagai bidang, profesi, pendekatan ilmu bekerja keras,
berkarya sebaik-baiknya untuk bisa membawa manfaat bagi sekitarnya, Ah sungguh
indahnya dunia ini.
Hebat Kang Emil nih ya. Sangat menginspirasi. Nonton channel TEDx di YouTube deh. Pembicaranya juga berangkat dari pemecahan masalah yg ada di sekitar.
ReplyDeleteiya, banyak pembicara inspiratif di TEDx. Saya baru berkunjung ke channelnya, hehe
Delete