Kalau ada peristiwa di mana seseorang membantu orang lain,
maka tentu lazimnya yang berterimakasih adalah orang yang telah dibantu. Dengan
adanya seseorang yang membantu, orang yang kesulitan bisa mendapatkan solusi
atau terlepas dari masalahnya. Bagi kita yang membantu kebermaknaannya adalah bisa
berbagi dan meringankan beban orang lain. Di sini kadang terlihat seakan yang
beruntung dan perlu berterima kasih hanyalah orang yang perlu dibantu. Apa
jadinya orang yang membutuhkan tanpa ada orang lain yang membantu? Begitulah
kira-kira.
Tapi coba kita berandai-andai dari sudut yang lain,
“Bagaimana jika kita tidak punya kesempatan untuk membantu orang lain?”.
Seandainya sepanjang waktu kita hanya sibuk dengan pekerjaan dan urusan
pribadi. Kita tidak pernah dipertemukan dengan orang-orang yang membutuhkan
bantuan. Dari muda hingga tua lalu tahu-tahu waktu kita di dunia tinggal
sebentar. Akan membawa bekal apa kita ketika masa hidup di dunia habis? Padahal
harta, jabatan, nama baik dan segala yang ada di dunia tidak akan bisa kita
bawa mati.
Saya pernah menonton kick Andy edisi 23 januari 2015. Saat
itu Bang Andy (panggilan akrab Andy F. Noya) bercerita pernah suatu hari meminta
bantuan pada Pak irwan hidayat membantu biaya berobat seseorang yang terkena
tumor di kepala. Pak Irwan pun akhirnya mengiyakan. Setelah itu Bang Andy
menyampaikan terimakasih atas kesediaan tersebut. Namun pak Irwan justru
menjawab, “Aku yang harus berterimakasih, karena kamu memberi kesempatan aku
untuk berbuat baik dalam hidupku.”
Sabtu lalu, saya duduk di tribun penonton studio metro TV
menyaksikan langsung tapping Kick Andy untuk tayang di bulan Ramadhan. Ada
salah satu ungkapan dari narasumber yang kurang lebih sama. Narasumber ini
bercerita bahwa pernah didatangi oleh seorang nenek yang menangis haru. Nenek ini
berterimakasih karena cucunya telah dibantu mendapatkan seperangkat peralatan
sekolah dan seragam gratis. Lalu si narasumber ini menyampaikan bahwa
seharusnya dia yang berterimakasih karena ada anak yatim yang datang ke
rumahnya. Jika tidak, maka bagaimana bisa ia tahu keberadaan anak yatim
tersebut bahkan bisa memberikan bantuan.
Saya jadi teringat materi pengajian yang pernah saya ikuti
di Masjid Baitul Ikhsan Jakarta di mana Aa Gym sebagai penceramah. Salah satu
topik yang beliau bahas adalah tentang makna keikhlasan. Orang yang ikhlas,
berbuat kebaikan tanpa ingin diingat atau dipuji orang lain. Ia tidak akan
berharap ucapan terimakasih dari orang lain, bahkan dialah yang justru harusnya
berterimakasih. Aa Gym menyampaikan bahwa berbuat baik itu sebenarnya bukan
karena orang lain yang membutuhkan tetapi kitalah yang justru membutuhkan. Dari
orang yang datang meminta pertolongan kepada kitalah, maka pahala itu mengalir
dan bahkan jadi jalan rejeki untuk kita.
Pengalaman saya dari tiga hal di atas membuat saya kemudian
kagum, tersadar bahkan juga malu. Saya pernah begitu marah karena apa yang saya
berikan tidak dihargai bahkan dicaci maki. Saya merasa pengorbanan saya telah
sia-sia dan tidak mendapatkan balasan yang layak. Sekarang, saya berpikir bahwa
seharusnya saya bersyukur telah diberi kesempatan untuk berbuat baik bahkan
berkorban untuk membantu orang lain. Lebih dari itu, saya bersyukur dengan
kejadian tersebut, saya diajari untuk memahami makna ikhlas sesungguhnya dan
bersabar. Bukankah Allah telah mencatat apa yang pernah saya lakukan, kenapa
saya harus khawatir jika orang lain tidak berterimakasih bahkan mencaci. Serta menyadarkan saya juga bahwa hubungan
antara manusia itu rapuh, Kalau kata Opick, ‘teman sejati hanyalah amal’.
Persoalan bantuan kita disalahgunakan atau dimanfaatkan,
bukankah itu urusan mereka dengan Allah. Kita jalankan saja tugas kita untuk
membantu kalau memang kita sanggup membantu. Tentu tetap waspada apakah bantuan
kita digunakan semestinya atau tidak. Namun, jangan sampai kewaspadaan itu
hanya sekedar rasionalisasi untuk tidak mau membantu atau selalu curiga,
‘Jangan-jangan saya Cuma dimanfaatkan, jangan-jangan bantuan saya untuk yang
tidak baik dan jangan-jangan yang lain’. Kalau membantu itu adalah kebutuhan,
maka sudah harus dipenuhi. Kalau tidak terpenuhi, akan membuat menderita.
Maka kita patut bersyukur atas setiap kesempatan untuk
membantu orang lain. Nah, Mulai sekarang jangan menunggu ucapan terimakasih
dari orang yang kita bantu. Kita yang membantu harusnya yang mengawali untuk
mengucapkan terimakasih karena punya kesempatan untuk membantu. Karena membantu
adalah kebutuhan.
0 comments:
Post a Comment