Social Icons

Pages

Monday, June 13, 2016

Pesantren di Nadi Kehidupan Masyarakat (Bag 1)

Kolaborasi Pendidikan, Agama dan Agrobisnis


Pesantren ini tepatnya berada di kampung Ciburial, Desa Alameendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. Kawasan ini seringkali dikenal dengan daerah Ciwidey yang masyur akan hasil sayuran dan buah Strawberry. Kawasan Ciwidey merupakan kawasan wisata. Kalau kita menyusuri sepanjang jalan utama, kita akan disuguhi pemandangan yang sangat indah dengan udara dingin yang menyejukkan.  Pesantren ini bernama Pesantren Al Ittifaq.
Di Pesantren Al Ittifaq terdapat 3 macam kegiatan, yaitu Salafi, Khadafi dan agribisnis. Salafi adalah kegiatan santri, fokus pada pembelajaran ilmu agama seperti mengaji Al Qur’an maupun kitab kuning, bahasa Arab, fiqh, dsb. Khadafi adalah sekolah umum mulai dari RA, MI, MTs, dan MA. Kegiatan agribisnis adalah bisnis pertanian yang dikelola oleh pesantren meliputi pertanian terpadu dan koperasi. Di masing-masing bidang tersebut ada penanggungjawabnya masing-masing sehingga dapat dikelola dengan baik dan fokus. Santri yang belajar di sini ada yang murni nyantri dan ada yang nyantri sekaligus sekolah. Nyantri di pondok pesantren ini bisa bebas biaya apapun dan bahkan memiliki tambahan pendapatan, asalkan santri mau aktif dalam kegiatan. Tetapi jika tidak ikut dalam kegiatan apapun juga tidak masalah, santri bisa membawa bekal sendiri dari rumah. 
Pesantren ini memiliki beberapa gedung yang tersebar pada beberapa titik di area kampung Ciburial. Ada bangunan sekolah RA dan MI di samping jalan utama. Berjarak sekitar 100 meter dari sana ada asrama putra yang bersebelahan dengan masjid. Jika kita melewati asrama putra, akan sampai di area peternakan Pesantren. Tidak begitu jauh dari sana, terdapat asrama putri yang berada lebih menjorok ke dalam. Dari Asrama Putri kita bisa berjalan lurus hingga sampai ke sekolah MTs dan MA yang sedikit lebih jauh dengan jalan utama. Sekitar 200 meter dari asrama putri terdapat kantor Al Ittifaq serta rumah tempat tinggal Mang Haji (panggilan Kyai Haji Fuad Affandi). Di area kantor Al Ittifaq terdapat Koperasi yang terdiri dari ruang manajemen, mini market serta gudang barang yang terbagi dalam area Bandung dan Jakarta. Selain koperasi juga ada bangunan yang terdiri dari aula dan kamar-kamar yang disediakan untuk tamu ataupun peserta magang. Area pesantren tidak hanya terdiri dari itu saja, tetapi juga lahan pertanian yang juga tersebar di banyak tempat. Ada lahan pertanian sayuran, kopi, kolam ikan dan peternakan. 
Sangat luas sekali bukan? Tetapi jangan Anda bayangkan area pesantren merupakan satu kawasan eksklusif dengan tembok yang mengelilinginya. Ketika Anda masuk di kampung ciburial, memang terdapat gapura yang bertuliskan selamat datang di pesantren Al Ittifaq, tetapi ketika kita melewati gapura tersebut ternyata tidak berbeda dengan kampung-kampung pada umumnya. Waktu pertama saya datang ke sana, saya sempat bingung, “Mana Pesantrennya?”. Karena yang saya lihat adalah rumah-rumah penduduk, warung dan lahan pertanian. Setelah diajak berkeliling, barulah saya tahu di mana saja yang termasuk area milik pesantren.
 Area pesantren yang tersebar seperti itu memang sengaja dibuat oleh Mang Haji. Beliau ingin agar pesantren bukan menjadi tempat yang eksklusif, tetapi justru berbaur dengan masyarakat. Jika Anda berjalan di sana, Anda akan bingung membedakan yang mana santri atau pengurus pesantren dan mana yang warga biasa. Nilai inklusif ini ditanamkan oleh pengurus kepada santrinya agar santrinya juga bisa berbaur di masyarakat, ke depan ketika mereka lepas dari pesantren, mereka tidak akan canggung hidup di tengah-tengah masyarakat. 

Kegiatan agribisnis di pesantren ini bisa dibilang berlangsung sepanjang hari. Meski kegiatan agribisnis dijalankan hampir seharian, tetapi jangan dibayangkan bahwa santri juga bekerja sepanjang hari. Mereka terbagi dalam sift-sift sehingga tidak seharian penuh. Ada beberapa pembagian kerja untuk santri, yaitu berkebun, gudang, manajemen, dan peternakan. Ada satu lagi pekerjaan santri di luar agribisnis, yaitu pekerjaan dapur, bersih-bersih dan tour guide.
Santri yang bekerja di kebun melakukan aktifitas pertanian, seperti mengolah tanah, menanam, membuat pupuk, membersihkan rumput liar, memberi pestisida, hingga memanen. Mereka bisa mengetahui seluruh proses pertanian dari awal hingga akhir. Komoditas yang ditanam di sana kebanyakan adalah sayur seperti daun bawang, lettuce, brokoli, seledri, kubis, kacang panjang, terong, dan beberapa macam sayuran yang berumur kisaran 1-3 bulan. Selain itu, pesantren saat ini juga mengembangkan komoditas tanaman keras, seperti kopi dan jeruk. 





Untuk pengelolaan kebun ini, pengurus tidak hanya memanfaatkan hasil panennya saja, tetapi juga limbahnya digunakan untuk pupuk kompos dan makanan ikan. Untuk pupuk kompos maupun pupuk kandang, pesantren hampir tidak pernah membeli. Mereka dapat memproduksi pupuk tersebut untuk kebutuhan lahan. Adanya beberapa kolam ikan di sini tidak membuat pusing untuk pakannya, ikan-ikan itu diberi makan daun dan sayur yang tidak terpakai untuk dijual. Namun ikan-ikan di sini hanya dimanfaatkan untuk dimasak sendiri untuk kebutuhan pesantren. Jenis ikan yang dikembangkan seperti lele, mujaer dan nila.

Selain mengembangkan pertanian, pesantren ini juga memiliki usaha peternakan meski tidak sebesar usaha agribisnisnya, namun paling tidak bisa menjadi lahan belajar bagi para santrinya. Hasil peternakan yang dijual tiap harinya adalah susu sapi. Tidak hanya beternak sapi, pesantren juga mengembangbiakkan domba, ayam, angsa, kelinci dan merpati. Dalam pengelolaan sehari-hari, terdapat beberapa santri yang bertugas membersihkan area peternakan, mulai dari memandikan sapi dan kambing, mencari rumput dan memberi makan hewan ternak, serta memeras susu.
 

Kegiatan selain di pertanian dan peternakan adalah di Koperasi, meliputi bagian manajemen dan gudang. Untuk memenuhi permintaan sayuran dari customer, koperasi mendapatkannya dari hasil kebun pesantren dan petani binaan. Apabila masih kurang, kadang harus membeli di pasar induk. Total item sayuran yang disediakan koperasi ini berkisar sejumlah 140 item lebih sayuran yang dikirimkan ke mitra kerjasama pesantren, yaitu Supermarket besar kawasan Bandung, Jakarta dan Purwakarta, serta beberapa mitra kecil lainnya.
Berbeda dengan jam kegiatan di pertanian dan peternakan yang hanya berlangsung dari pagi hingga sore hari, pekerjaan di gudang berlangsung hampir sepanjang hari. Meski begitu, ketika waktu sholat dan ngaji semua aktifitas selalu berhenti. Ini tentu yang paling membedakan antara bekerja di sini dengan bekerja di dunia industri atau perusahaan pada umumnya. Santri yang mengerjakan kegiatan di gudang dibagi dalam beberapa bidang dan dibuat sistem sift. Sehingga tetap seimbang antara waktu bekerja, belajar dan beribadah.
Produk-produk yang masuk ke gudang baik dari petani maupun beli di pasar harus disortir dahulu. Bermitra dengan supermarket menuntut produk yang berkualitas sehingga harus ada pemilihan atau quality control. Sebagaimana yang saya kutip dari prosedur packing Al Ittifaq, proses packing terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
·         Sortasi: proses pemilahan sayuran yang berdasar kelayakan untuk bisa dijual ke supermarket
·         Grading: pengklasifikasian sayuran berdasarkan kelas untuk target pasar yang diinginkan
·         Packaging: menyusun dan menata sayuran
·         Labelling: pemberian kode dan ciri dari pesantren
 


Untuk produk yang dikirim ke supermarket tidak hanya sayuran yang layak dikonsumsi tetapi secara tampilan juga harus bagus. Supermarket tidak akan menerima barang dengan tampilan buruk meskipun layak untuk dikonsumsi. Inilah yang membedakan harga di pasar biasa dengan supermarket. 
Selain proses di atas, di area gudang ini kita juga dapat melihat proses keluar masuk barang. Ada saja petani yang datang untuk menyetorkan hasil panennya. Mereka adalah petani binaan anggota koperasi. Petani-petani ini cukup rutin menyetorkan hasil panennya ke koperasi, setoran tersebut dicatat oleh santri yang bertugas, kemudian disetorkan ke bagian administrasi. Data itu akan diinput dan menjadi pijakan dalam pembayaran ke petani yang dilakukan seminggu sekali.
Koperasi Al Ittifaq merupakan koperasi yang menjalankan kegiatan simpan pinjam dan  agribisnis. Bentuk koperasi seperti ini tidak terlalu banyak digunakan oleh koperasi pada umumnya. Kebanyakan koperasi aktif pada kegiatan simpan pinjam saja, jarang yang mengelola unit usaha apalagi hingga skalanya besar. Sedangkan Al Ittifaq justru kegiatan utamanya adalah agribisnis yang menopang keuangan koperasi. Dalam menjalankan kegiatan simpan pinjam, koperasi mengutamakan simpan pinjam yang produktif. Untuk kebutuhan produktif tersebut, koperasi tidak memberlakukan bunga. Jika anggota meminjam Rp 100.000, maka pengembaliannya juga Rp. 100.000. Peminjaman juga tidak disertai dengan jaminan apapun. Itupun bisa dibayar dengan mencicil.
Dalam melakukan aktifitasnya, koperasi Al Ittifaq memiliki prinsip bahwa upaya pemberdayaan masyarakat tidak saja hanya menyediakan dana atau membuat serangkaian program-program yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu Al Ittifaq melakukan proses pendampingan kepada petani binaannya. Kang Kurniawan selaku penanggungjawab koperasi menyampaikan, “Jika ingin benar-benar membantu orang miskin yang tidak punya pekerjaan, maka jangan hanya memberi mereka modal usaha, tetapi ajari juga mereka usaha apa yang bisa dilakukan. Jika pertanian, tanyakan apakah mereka punya lahan. Jika tidak punya maka sewakan lahan, sediakan bibit, pupuk. Kalau tidak punya cangkul, sediakan juga cangkul. Kalau sudah ada hasil pertaniannya, maka sediakan pasarnya. Itu baru benar-benar membantu mereka”.
Hal itulah yang berusaha dilakukan oleh koperasi. Dari awal memang yang dilakukan oleh Mang Haji ketika merintis agribisnis ini adalah memberikan pembelajaran kepada petani tentang bagaimana bertani dengan baik dan menjual hasil produksinya. Sampai saat inipun misi itu terus dijalankan oleh Al Ittifaq. Tidak hanya menyediakan bahan-bahan pertanian, namun juga teknologi. Dari situ pula, koperasi juga bisa mengambil peluang usaha lain. Misalnya saja, penggunaan teknologi internet dan media sosial. Koperasi memberikan nilai penting penggunaan internet dan media sosial untuk petani. Ketika petani melek internet, mereka bisa belajar cara-cara bertani  dan mengikuti perkembangan teknologi pertanian serta harga pasar dengan mencari di internet.
Dalam proses jual beli dengan koperasi, petani juga bisa memanfaatkan whatssap atau BBM untuk menawarkan hasil panennya dengan menunjukkan foto hasil panennya. Dengan begitu petani tidak perlu bolak-balik ke koperasi atau khawatir jika barangnya kembali. Melihat manfaatnya yang cukup banyak, petani kemudian banyak yang ingin membeli HP android, ini menjadi peluang usaha bagi koperasi. Petani dapat memesan barangnya ke koperasi dan membayar dengan mencicil. Dari sini koperasi bisa membeli barang dalam jumlah yang cukup banyak dan mengambil sedikit keuntungan dari penjualan ke petani.
Sistem seperti di ataslah yang membuat koperasi tidak perlu membebankan bunga pada pinjaman petani. Dalam kegiatan simpanan anggota, koperasi juga tidak membebankan biaya administrasi apapun terhadap anggota. Koperasi mengambil keuntungan usaha tidak dari jasa atau bunga simpan pinjam, tetapi keuntungan usaha. Bagi koperasi, keuntungan yang didapat dari unit usaha yang ada sudah cukup untuk keberlangsungan lembaga dan justru tidak akan memberatkan masyarakat. Dengan kemitraan yang dijalin koperasi dengan petani juga sudah menjadi jaminan pengembalian pinjaman dan perputaran uang koperasi. Untuk mengurangi resiko pengembalian yang macet, koperasi menerapkan batas pinjaman disesuaikan dengan kemampuan pengembalian petani. Kemampuan pengembalian pinjaman petani tersebut dinilai berdasarkan jumlah pasokan produk dan simpanan yang dimiliki. Dengan begitu, pinjaman petani disesuaikan dengan rasio income dan asetnya.
Dengan kegiatan agribisnis seperti di atas, Al Ittifaq memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Meski tanpa pemasaran di media sosial atau jurus macam-macam, Al Ittifaq diperhitungkan dalam dunia perkoperasian dan agribisnis. Itulah yang menjadikan Al Ittifaq menjadi tujuan kemitraan dari berbagai lembaga, seperti Bank, Koperasi induk, BUMN serta menjadi tujuan magang dari berbagai institusi pendidikan baik yang sifatnya personal maupun kolektif. Tidak sedikit pula penghargaan dan apresiasi yang didapat atas prestasi dan kontribusi Al Ittifaq.
Di Al Ittifaq setiap elemen di sini sangatlah penting bagi keberlangsungan pesantren. Di luar bidang agribisnis, santri ada yang mendapat pekerjaan di dapur, bersih-bersih, tour guide dan unit usaha lain, seperti toko jilbab, aksesoris, laundry, warnet juga dikelola oleh santri. Semua dikelola dan dijalankan dengan baik oleh semua elemen di Pesantren menjadikan berjalannya sebuah sistem dengan sangat harmoni.


http://alittifaqbandung.blogspot.co.id/

0 comments:

Post a Comment

 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates