Kolaborasi Pendidikan, Agama dan Agrobisnis
Pesantren ini tepatnya berada di kampung
Ciburial, Desa Alameendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. Kawasan ini
seringkali dikenal dengan daerah Ciwidey yang masyur akan hasil sayuran dan
buah Strawberry. Kawasan Ciwidey merupakan kawasan wisata. Kalau kita menyusuri
sepanjang jalan utama, kita akan disuguhi pemandangan yang sangat indah dengan
udara dingin yang menyejukkan. Pesantren
ini bernama Pesantren Al Ittifaq.
Di Pesantren Al Ittifaq terdapat 3 macam
kegiatan, yaitu Salafi, Khadafi dan agribisnis. Salafi adalah kegiatan santri,
fokus pada pembelajaran ilmu agama seperti mengaji Al Qur’an maupun kitab
kuning, bahasa Arab, fiqh, dsb. Khadafi adalah sekolah umum mulai dari RA, MI,
MTs, dan MA. Kegiatan agribisnis adalah bisnis pertanian yang dikelola oleh
pesantren meliputi pertanian terpadu dan koperasi. Di masing-masing bidang
tersebut ada penanggungjawabnya masing-masing sehingga dapat dikelola dengan
baik dan fokus. Santri yang belajar di sini ada yang murni nyantri dan ada yang
nyantri sekaligus sekolah. Nyantri di pondok pesantren ini bisa bebas biaya
apapun dan bahkan memiliki tambahan pendapatan, asalkan santri mau aktif dalam
kegiatan. Tetapi jika tidak ikut dalam kegiatan apapun juga tidak masalah,
santri bisa membawa bekal sendiri dari rumah.
Pesantren ini memiliki beberapa gedung yang
tersebar pada beberapa titik di area kampung Ciburial. Ada bangunan sekolah RA
dan MI di samping jalan utama. Berjarak sekitar 100 meter dari sana ada
asrama putra yang bersebelahan dengan masjid. Jika kita melewati asrama putra,
akan sampai di area peternakan Pesantren. Tidak begitu jauh dari sana, terdapat
asrama putri yang berada lebih menjorok ke dalam. Dari Asrama Putri kita bisa
berjalan lurus hingga sampai ke sekolah MTs dan MA yang sedikit lebih jauh
dengan jalan utama. Sekitar 200
meter dari asrama putri terdapat kantor Al Ittifaq serta
rumah tempat tinggal Mang Haji (panggilan Kyai Haji Fuad Affandi). Di area
kantor Al Ittifaq terdapat Koperasi yang terdiri dari ruang manajemen, mini
market serta gudang barang yang terbagi dalam area Bandung dan Jakarta. Selain
koperasi juga ada bangunan yang terdiri dari aula dan kamar-kamar yang
disediakan untuk tamu ataupun peserta magang. Area pesantren tidak hanya
terdiri dari itu saja, tetapi juga lahan pertanian yang juga tersebar di banyak
tempat. Ada lahan pertanian sayuran, kopi, kolam ikan dan peternakan.
Sangat luas sekali bukan? Tetapi jangan Anda
bayangkan area pesantren merupakan satu kawasan eksklusif dengan tembok yang
mengelilinginya. Ketika Anda masuk di kampung ciburial, memang terdapat gapura
yang bertuliskan selamat datang di pesantren Al Ittifaq, tetapi ketika kita
melewati gapura tersebut ternyata tidak berbeda dengan kampung-kampung pada
umumnya. Waktu pertama saya datang ke sana, saya sempat bingung, “Mana
Pesantrennya?”. Karena yang saya lihat adalah rumah-rumah penduduk, warung dan
lahan pertanian. Setelah diajak berkeliling, barulah saya tahu di mana saja
yang termasuk area milik pesantren.
Area pesantren yang tersebar seperti itu memang sengaja dibuat oleh Mang Haji. Beliau ingin agar pesantren bukan menjadi tempat yang eksklusif, tetapi justru berbaur dengan masyarakat. Jika Anda berjalan di sana, Anda akan bingung membedakan yang mana santri atau pengurus pesantren dan mana yang warga biasa. Nilai inklusif ini ditanamkan oleh pengurus kepada santrinya agar santrinya juga bisa berbaur di masyarakat, ke depan ketika mereka lepas dari pesantren, mereka tidak akan canggung hidup di tengah-tengah masyarakat.
Area pesantren yang tersebar seperti itu memang sengaja dibuat oleh Mang Haji. Beliau ingin agar pesantren bukan menjadi tempat yang eksklusif, tetapi justru berbaur dengan masyarakat. Jika Anda berjalan di sana, Anda akan bingung membedakan yang mana santri atau pengurus pesantren dan mana yang warga biasa. Nilai inklusif ini ditanamkan oleh pengurus kepada santrinya agar santrinya juga bisa berbaur di masyarakat, ke depan ketika mereka lepas dari pesantren, mereka tidak akan canggung hidup di tengah-tengah masyarakat.
Kegiatan agribisnis di pesantren ini bisa
dibilang berlangsung sepanjang hari. Meski kegiatan agribisnis dijalankan
hampir seharian, tetapi jangan dibayangkan bahwa santri juga bekerja sepanjang
hari. Mereka terbagi dalam sift-sift sehingga tidak seharian penuh. Ada
beberapa pembagian kerja untuk santri, yaitu berkebun, gudang, manajemen, dan peternakan.
Ada satu lagi pekerjaan santri di luar agribisnis, yaitu pekerjaan dapur,
bersih-bersih dan tour guide.
Santri yang bekerja di kebun melakukan
aktifitas pertanian, seperti mengolah tanah, menanam, membuat pupuk,
membersihkan rumput liar, memberi pestisida, hingga memanen. Mereka bisa
mengetahui seluruh proses pertanian dari awal hingga akhir. Komoditas yang
ditanam di sana kebanyakan adalah sayur seperti daun bawang, lettuce, brokoli,
seledri, kubis, kacang panjang, terong, dan beberapa macam sayuran yang berumur
kisaran 1-3 bulan. Selain itu, pesantren saat ini juga mengembangkan komoditas
tanaman keras, seperti kopi dan jeruk.
Untuk pengelolaan kebun ini, pengurus tidak
hanya memanfaatkan hasil panennya saja, tetapi juga limbahnya digunakan untuk
pupuk kompos dan makanan ikan. Untuk pupuk kompos maupun pupuk kandang,
pesantren hampir tidak pernah membeli. Mereka dapat memproduksi pupuk tersebut
untuk kebutuhan lahan. Adanya beberapa kolam ikan di sini tidak membuat pusing
untuk pakannya, ikan-ikan itu diberi makan daun dan sayur yang tidak terpakai
untuk dijual. Namun ikan-ikan di sini hanya dimanfaatkan untuk dimasak sendiri
untuk kebutuhan pesantren. Jenis ikan yang dikembangkan seperti lele, mujaer
dan nila.
Selain mengembangkan pertanian, pesantren ini
juga memiliki usaha peternakan meski tidak sebesar usaha agribisnisnya, namun
paling tidak bisa menjadi lahan belajar bagi para santrinya. Hasil peternakan
yang dijual tiap harinya adalah susu sapi. Tidak hanya beternak sapi, pesantren
juga mengembangbiakkan domba, ayam, angsa, kelinci dan merpati. Dalam
pengelolaan sehari-hari, terdapat beberapa santri yang bertugas membersihkan
area peternakan, mulai dari memandikan sapi dan kambing, mencari rumput dan
memberi makan hewan ternak, serta memeras susu.
Kegiatan selain di pertanian dan peternakan
adalah di Koperasi, meliputi bagian manajemen dan gudang. Untuk memenuhi
permintaan sayuran dari customer, koperasi mendapatkannya dari hasil kebun
pesantren dan petani binaan. Apabila masih kurang, kadang harus membeli di
pasar induk. Total item sayuran yang disediakan koperasi ini berkisar sejumlah
140 item lebih sayuran yang dikirimkan ke mitra kerjasama pesantren, yaitu
Supermarket besar kawasan Bandung, Jakarta dan Purwakarta, serta beberapa mitra
kecil lainnya.
Berbeda dengan jam kegiatan di pertanian dan
peternakan yang hanya berlangsung dari pagi hingga sore hari, pekerjaan di
gudang berlangsung hampir sepanjang hari. Meski begitu, ketika waktu sholat dan
ngaji semua aktifitas selalu berhenti. Ini tentu yang paling membedakan antara
bekerja di sini dengan bekerja di dunia industri atau perusahaan pada umumnya. Santri
yang mengerjakan kegiatan di gudang dibagi dalam beberapa bidang dan dibuat
sistem sift. Sehingga tetap seimbang antara waktu bekerja, belajar dan
beribadah.
Produk-produk yang masuk ke gudang baik dari
petani maupun beli di pasar harus disortir dahulu. Bermitra dengan supermarket
menuntut produk yang berkualitas sehingga harus ada pemilihan atau quality
control. Sebagaimana yang saya kutip dari prosedur packing Al Ittifaq, proses
packing terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
·
Sortasi:
proses pemilahan sayuran yang berdasar kelayakan untuk bisa dijual ke
supermarket
·
Grading:
pengklasifikasian sayuran berdasarkan kelas untuk target pasar yang diinginkan
·
Packaging:
menyusun dan menata sayuran
·
Labelling:
pemberian kode dan ciri dari pesantren
Untuk produk
yang dikirim ke supermarket tidak hanya sayuran yang layak dikonsumsi tetapi
secara tampilan juga harus bagus. Supermarket tidak akan menerima barang dengan
tampilan buruk meskipun layak untuk dikonsumsi. Inilah yang membedakan harga di
pasar biasa dengan supermarket.
Selain proses di atas, di area gudang ini
kita juga dapat melihat proses keluar masuk barang. Ada saja petani yang datang
untuk menyetorkan hasil panennya. Mereka adalah petani binaan anggota koperasi.
Petani-petani ini cukup rutin menyetorkan hasil panennya ke koperasi, setoran
tersebut dicatat oleh santri yang bertugas, kemudian disetorkan ke bagian
administrasi. Data itu akan diinput dan menjadi pijakan dalam pembayaran ke
petani yang dilakukan seminggu sekali.
Koperasi Al Ittifaq merupakan koperasi yang menjalankan
kegiatan simpan pinjam dan agribisnis. Bentuk
koperasi seperti ini tidak terlalu banyak digunakan oleh koperasi pada umumnya.
Kebanyakan koperasi aktif pada kegiatan simpan pinjam saja, jarang yang
mengelola unit usaha apalagi hingga skalanya besar. Sedangkan Al Ittifaq justru
kegiatan utamanya adalah agribisnis yang menopang keuangan koperasi. Dalam
menjalankan kegiatan simpan pinjam, koperasi mengutamakan simpan pinjam yang
produktif. Untuk kebutuhan produktif tersebut, koperasi tidak memberlakukan
bunga. Jika anggota meminjam Rp 100.000, maka pengembaliannya juga Rp. 100.000.
Peminjaman juga tidak disertai dengan jaminan apapun. Itupun bisa dibayar
dengan mencicil.
Dalam melakukan aktifitasnya, koperasi Al
Ittifaq memiliki prinsip bahwa upaya pemberdayaan masyarakat tidak saja hanya
menyediakan dana atau membuat serangkaian program-program yang belum tentu
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu Al Ittifaq melakukan proses
pendampingan kepada petani binaannya. Kang Kurniawan selaku penanggungjawab
koperasi menyampaikan, “Jika ingin benar-benar membantu orang miskin yang tidak
punya pekerjaan, maka jangan hanya memberi mereka modal usaha, tetapi ajari
juga mereka usaha apa yang bisa dilakukan. Jika pertanian, tanyakan apakah mereka
punya lahan. Jika tidak punya maka sewakan lahan, sediakan bibit, pupuk. Kalau
tidak punya cangkul, sediakan juga cangkul. Kalau sudah ada hasil pertaniannya,
maka sediakan pasarnya. Itu baru benar-benar membantu mereka”.
Hal itulah yang berusaha dilakukan oleh
koperasi. Dari awal memang yang dilakukan oleh Mang Haji ketika merintis
agribisnis ini adalah memberikan pembelajaran kepada petani tentang bagaimana
bertani dengan baik dan menjual hasil produksinya. Sampai saat inipun misi itu
terus dijalankan oleh Al Ittifaq. Tidak hanya menyediakan bahan-bahan
pertanian, namun juga teknologi. Dari situ pula, koperasi juga bisa mengambil
peluang usaha lain. Misalnya saja, penggunaan teknologi internet dan media
sosial. Koperasi memberikan nilai penting penggunaan internet dan media sosial
untuk petani. Ketika petani melek internet, mereka bisa belajar cara-cara
bertani dan mengikuti perkembangan
teknologi pertanian serta harga pasar dengan mencari di internet.
Dalam proses jual beli dengan koperasi,
petani juga bisa memanfaatkan whatssap atau BBM untuk menawarkan hasil panennya
dengan menunjukkan foto hasil panennya. Dengan begitu petani tidak perlu bolak-balik
ke koperasi atau khawatir jika barangnya kembali. Melihat manfaatnya yang cukup
banyak, petani kemudian banyak yang ingin membeli HP android, ini menjadi
peluang usaha bagi koperasi. Petani dapat memesan barangnya ke koperasi dan
membayar dengan mencicil. Dari sini koperasi bisa membeli barang dalam jumlah
yang cukup banyak dan mengambil sedikit keuntungan dari penjualan ke petani.
Sistem seperti di ataslah yang membuat
koperasi tidak perlu membebankan bunga pada pinjaman petani. Dalam kegiatan
simpanan anggota, koperasi juga tidak membebankan biaya administrasi apapun
terhadap anggota. Koperasi mengambil keuntungan usaha tidak dari jasa atau
bunga simpan pinjam, tetapi keuntungan usaha. Bagi koperasi, keuntungan yang
didapat dari unit usaha yang ada sudah cukup untuk keberlangsungan lembaga dan
justru tidak akan memberatkan masyarakat. Dengan kemitraan yang dijalin
koperasi dengan petani juga sudah menjadi jaminan pengembalian pinjaman dan
perputaran uang koperasi. Untuk mengurangi resiko pengembalian yang macet,
koperasi menerapkan batas pinjaman disesuaikan dengan kemampuan pengembalian
petani. Kemampuan pengembalian pinjaman petani tersebut dinilai berdasarkan
jumlah pasokan produk dan simpanan yang dimiliki. Dengan begitu, pinjaman
petani disesuaikan dengan rasio income dan asetnya.
Dengan kegiatan agribisnis seperti di atas,
Al Ittifaq memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Meski tanpa pemasaran di
media sosial atau jurus macam-macam, Al Ittifaq diperhitungkan dalam dunia
perkoperasian dan agribisnis. Itulah yang menjadikan Al Ittifaq menjadi tujuan
kemitraan dari berbagai lembaga, seperti Bank, Koperasi induk, BUMN serta
menjadi tujuan magang dari berbagai institusi pendidikan baik yang sifatnya
personal maupun kolektif. Tidak sedikit pula penghargaan dan apresiasi yang
didapat atas prestasi dan kontribusi Al Ittifaq.
Di Al Ittifaq setiap elemen di sini sangatlah
penting bagi keberlangsungan pesantren. Di luar bidang agribisnis, santri ada
yang mendapat pekerjaan di dapur, bersih-bersih, tour guide dan unit usaha
lain, seperti toko jilbab, aksesoris, laundry, warnet juga dikelola oleh
santri. Semua dikelola dan dijalankan dengan baik oleh semua elemen di Pesantren
menjadikan berjalannya sebuah sistem dengan sangat harmoni.
http://alittifaqbandung.blogspot.co.id/
0 comments:
Post a Comment