Social Icons

Pages

Friday, April 15, 2016

Membangun Kesadaran dan Kekuatan Pribadi Lewat Sholat dan Sabar



Pengantar
Kebanyakan orang memandang bahwa apa yang dimaksud ujian adalah penderitaan dan kesengsaran. Orang menjadi sangat khusyu’ mengingat Allah dan berdo’a ketika mereka dalam masalah yang berat, namun ketika dalam keadaan yang lapang apalagi berbahagia, banyak orang yang kemudian terlena. Sekedar mengucapkan Alhamdulillah, tetapi lupa akan amanah yang diberikan Tuhannya.
Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah: “Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: “Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku.” Sebenarnya itu adalah ujian tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.” (Az-Zumar 49). Sehingga segala yang didapatkan dan dimiliki oleh manusia sebenarnya merupakan ujian. Apa yang bisa menggelincirkan manusia tidak hanya tekanan, kemiskinan, kegagalan tetapi juga kesenangan, kemenangan, harta benda.
Dari situ, sudah tentu manusia harus senantiasa waspada terhadap segala ujian, baik yang nampak, maupun tidak nampak, baik yang berupa kesedihan maupun kesenangan karena di situ setan senantiasa membisikkan godaannya. Maka perlu, bagi kita untuk terus menerus menjaga kesadaran dan membangun kekuatan untuk menghadapi segala kemungkinan. Sungguh bersyukur, Allah mengajarkan manusia untuk sholat dan sabar sebagai penolong manusia menghadapi berbagai cobaan.

Sholat dan sabar sebagai penolong
                Perintah Allah untuk menjadikan sabar dan sholat sebagai penolong disebut beberapa kali dalam Al Quran. Saya dulu sempat ragu bagaimana bisa sholat dan sabar menjadi penolong? Jika memang demikian, mudah sekali untuk mendapatkan pertolongan Allah hanya melalui sholat dan sabar. Kalau begitu, harusnya banyak yang tertolong, karena banyak sekali di dunia ini orang-orang yang sholat dan bersabar dalam penderitaan. Kemudian Saya membaca ayat ini:
Jadikan Sholat dan Sabar sebagai penolongmu. dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’
yaitu orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya (Al Baqarah 45-46)
Saya masih bingung, mengapa sholat dan sabar merupakan hal yang sungguh berat? Bukankah banyak umat muslim yang sholat dan sabar? Tetapi kemudian Allah juga menyampaikan “kecuali orang-orang yang khusyu’. Yaitu orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”
  1. Kekhusyu’an dalam sholat
Terkadang orang memahami khusyu’ hanya sebatas konsentrasi, meninggalkan berbagai persoalan duniawi sehingga berfokus pada gerakan dan bacaan tajwidnya. Atau berfokus pada zatNya saja. Di sisi lain, bagi orang-orang yang senantiasa mempotensikan berpikirnya, memecahkan sesuatu dengan berdasarkan ilmu pengetahuan dan kerja kerasnya saja, menempatkan sholat hanya sebagai penenang jiwa. Tidak sedikit pula yang memandang hanya sekedar perintah wajib tanpa memiliki bekasan apapun ketika sholat.
Perintah Sholat turun ketika Nabi Muhammad diliputi kesedihan yang cukup mendalam atas meninggalnya paman dan istrinya. Nabi hampir putus asa dihadapkan pada tekanan Quraisy terhadap dakwahnya. Sementara paman dan istrinya yang sangat berperan dalam melindunginya sudah tiada. Hingga tahun itu dikenal sebagai tahun kesedihan. Kemudian terjadilah peristiwa Isra’ Mi’raj dan nabi diperintahkan untuk sholat. Kemudian bangkitlah lagi semangat dan kegigihannya untuk berjuang menegakkan Islam.
Lahirnya kembali semangat dari keputus-asaan dan ketenangan dari kegelisahan melalui sholat mungkin sering kita dengar, tetapi belum tentu kita semua mendapatkan pengalaman rasa yang sama. Saya sendiri pernah mengalami saat-saat yang begitu sulit, saat Saya harus berpisah dengan orang tua dan bekerja menjaga rumah orang yang sedang terlibat hutang. Mereka sekeluarga pindah ke luar kota sedangkan Saya setiap hari sendiri menjaga rumah, makan dari pemberian tetangga, berangkat dan pulang sekolah harus sembunyi-sembunyi karena sering didatangi oleh penagih hutang. Di situ hampir tiap hari Saya sholat malam dan berdo’a kepada Allah. Dari situ Saya mendapatkan kekuatan, keberanian untuk menghadapi masalah dan tidak takut dalam kesendirian karena Saya yakin Allah selalu bersama hambaNya. Sehingga dalam masa-masa sedih, ketika di dalam kesempitan, Saya sering meluangkan waktu untuk sekedar ‘curhat’ kepada Allah di waktu selesai sholat meski tidak bercerita kepada teman ataupun keluarga.
Sholat akan semakin bermakna ketika kita memahami arti dari yang kita bacaan. Seperti setiap kali kita mengucapkan “Inna Sholati wanusuki wama yahya wamamati”, yaitu sesungguhnya sholatku, ibadahku hanya untuk Allah. Di situ akan muncul refleksi, benarkah selama ini saya sudah memberikan segalanya untuk menjalankan perintah Allah, kemudian muncul keinginan untuk menjalankan janjinya itu.
Beberapa pengalaman Saya dalam sholat memberikan bekasan tersendiri. Ketika Saya berada dalam kesulitan, sering membaca surat Adh Dhuha ketika Sholat. Ketika membaca surat tersebut, mengingatkan bagaimana Saya dulu yang tidak tahu tentang agama, pernah cenderung pada kebebasan, berada pada kemiskinan kemudian Allah membukakan jalan kepada Saya, dikenalkan pada Islam yang rahmatan lil’alamiin, cinta pada ilmu pengetahuan dan memberi manfaat bagi orang lain. Sekarang pun Saya sudah bekerja dan mendapatkan penghasilan yang cukup bahkan bisa membantu keluarga. Dalam kebuntuan, Saya membaca surat Asy Syarh “inna maal usri usro, fa inna maal usri usro” dari situ kemudian Saya tidak saja termotivasi namun mendapatkan hati yang tenang dan pikiran yang jernih. Selepas itu mulai mengurai persoalan dan memikirkan kemungkinan-kemungkinan, hingga mendapatkan pemecahan masalah.
Ketika dalam kondisi yang lapang, Saya kadang membaca surat Al Asr, dari situ Saya teringat bahwa waktu luang ada ujian, kesehatan adalah ujian, harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Setelah Sholat, Saya terringat untuk membuat perencanaan, melakukan evaluasi apa yang sudah dilakukan dan apa yang belum dilakukan. Di situlah kemudian Saya merasakan bagaimana sholat menjadi pemecahan masalah, tidak hanya sebagai penenang jiwa, motivasi tetapi juga memberikan kesadaran dan penerangan.
  1. Sabar dalam berbagai ujian
Banyak orang yang menggunakan jargon sabar lebih mengarah pada menerima atau pasrah dengan keadaan. Saya yang hidup di lingkungan keluarga yang menganut pemahaman ‘alon-alon asal kelakon’ tidak begitu suka dengan harus terus menerus bersabar. Kesabaran sering Saya benturkan dengan kecepatan, perubahan, hasil yang nyata, dsb. Namun, ternyata sabar yang sesungguhnya memiliki makna lebih jauh. Dalam firman Allah dan sejarah-sejarah perjuangan umat Islam senantiasa dikisahkan tentang kebaikan orang-orang bersabar.
Sudah tentu ketika di dalam kesulitan orang harus bersabar dan tidak putus asa, namun sabar tidak boleh diartikan hanya menerima keadaan dan menunggu kebaikan datang dengan sendiri. Di dalam kesulitan, orang yang bersabar berpikir tentang jalan keluar. Mereka justru membuat hitung-hitungan yang lebih rinci, senantiasa waspada dan memeta keadaan. Mereka tidak bisa segera melangkah karena memperhitungkan resiko-resikonya. Seperti sabar dalam menjalani proses karir. Terkadang ada kejenuhan, kebuntuan, konflik, kehilangan arah. Kesabaran dibutuhkan untuk membuka sunnatullah jalan kesuksesan, menghitung minat, prospectus, resiko dan dampak bagi organisasi dan masyarakat. Di situlah sabar bisa membuahkan kemenangan. Sebagaimana mana kemenangan yang diraih oleh Nabi dan para sahabat dalam menegakkan Islam yang penuh rahmat.
Namun, kesabaran bukan saja dibutuhkan dalam keadaan sempit dan susah. Namun juga menghadapi kesenangan dunia. Umat muslim yang saat ini hidup di era modern, tidak seperti di masa nabi. Saat itu musuh begitu Nampak dan nyata. Tetapi saat ini umat islam dihadapkan pada musuh yang tidak nampak, yaitu kilau materi dan kesenangan kebebasan. Betapa nikmatnya memiliki rumah yang nyaman, mobil yang mewah, baju yang modis, gadget yang canggih. Betapa bahagianya memiliki pacar, memiliki suami/istri yang menyayangi kita, tempat berkasih sayang. Dari situ muncul perilaku memberikan apa yang mereka inginkan, berusaha membahagiakan mereka dengan pijakan materi dan kenyamanan perasaan semata, bukan karena perintah Allah. Kita juga akan menjadi bangga ketika menapaki jalan karir yang sukses, diakui kepandaian, dipuji banyak orang, mendapatkan banyak pernghargaan. Dari situ bibit kesombongan mulai ada, merasa yang paling berjasa dan meremehkan orang lain. Merasa paling benar dan tidak lagi punya semangat menggali sunnatullah. Sampai akhirnya terjerumus dalam jurang kesesatan.

Keyakinan akan kembali pada Allah
Orang yang sholat dan sabar dengan benar, akan senantiasa menyadari bahwa apa yang dimilikinya bukanlah sesuatu yang kekal. Apa yang yang dimiliknya hanyalah titipan dan amanah dari Allah, kelak semua akan kembali kepada Allah, termasuk dirinya sendiri. Dan dia tidak kembali kepada Allah dalam kekosongan melainkan untuk mempertanggungjawabkan segala yang diperbuatnya, yang Nampak maupun yang ada di dalam hatinya. Ketika menyadari hal tersebut dan tidak tahu kapan ia akan kembali kepada Allah, tentu dia akan berusaha menggunakan waktunya dengan baik. Ia akan menghitung apakah sudah cukup ilmunya, harta yang ia zakatkan, kebaikan yang lakukan.
Maka orang-orang yang menjalankan sholat dan sabar dalam keadaan khusyu’ juga akan lahir keberanian, akan hilang segala keresahan selain keresahan akan takutnya ia pada dosa-dosanya. Oleh karena itu, orang yang menjalankan sholat dan bersabar dengan kesungguhan, maka akan senantiasa memiliki kesadaran akan kedudukannya, tanggungjawabnya, dan senantiasa wasapada. Mereka juga tidak akan takut menghadapi segala rintangan, karena yakin Allah bersamanya dan akan menolongnya. Maka, setiap ada masalah, setiap ada ujian, tidaklah berkurang imannya tidaklah berkurang keberanian melainkan semakin tumbuh dan terus membesar.

0 comments:

Post a Comment

 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates