Social Icons

Pages

Wednesday, April 20, 2016

Menapak Jalan Baru



Saat kita mendengar kata baru, mungkin ada rasa bahagia. Bisa mendapatkan sesuatu yang baru tentu sangat menyenangkan. Baju baru, rumah baru, gadget baru, mungkin juga kekasih baru. Tetapi tidak semua yang baru membuat orang merasa bahagia. Ada sesuatu hal baru yang kadang membuat orang menjadi khawatir, takut atau bahkan paranoid. Sesuatu yang baru itu bisa berupa perbedaan situasi atau perubahan kondisi. Tinggal di tempat baru, berada pada dunia yang sepenuhnya baru dengan tatanan nilai dan orang-orang baru akan memunculkan kekhawatiran tersendiri bagi seseorang.
Saya pun pernah mengalaminya. Jika saya bisa memilih, saya mungkin ingin tetap tinggal bersama sahabat dan saudara yang sudah lama saya kenal. Saya akan lebih memilih tinggal di rumah dan bekerja pada lembaga yang bertahun-tahun saya mengabdi di sana. Saya tidak perlu lagi mengulang segala sesuatu dari awal dan berjalan menapaki lagi tangga-tangga dari bawah. Tapi apakah hidup bisa seenak itu? Mungkin saja ada orang-orang yang hidupnya selalu dalam kurva normal, stabil naik bahkan melejit. Mereka merasakan goncangan tetapi tidak terlalu signifikan, hanya turun sedikit lalu kembali ke posisi normal. Tapi tidak semua berada dalam kurva ideal seperti itu, banyak diantaranya yang terjun bebas, terlempar jauh, terhempas mundur, tapi itulah keajaiban hidup.
‘Takdir memang kejam’. Itu adalah lagu di era 90an yang menurut saya sudah nggak jaman. Usia bumi ini sudah sekitar 4,5 Miliar tahun,  sudah sangat tua, sangat renta dan banyak persoalan. Tetapi lihat bagaimana manusia bisa beradaptasi dan terus berinovasi menghadapi berbagai persoalan di bumi ini. Daerah yang luluh lantak karena terjangan tsunami, gunung meletus menghancurka semua tanpa tersisa. Tapi lihat beberapa tahun setelahnya, tanaman mulai tumbuh, manusia kembali datang, rumah dan berbagai fasilitas terbangun. Aktifitas ekonomi, pendidikan, sosial mulai kembali, kehidupan hadir kembali setelah kematian. Manusia tak pernah gentar menghadapi berbagai persoalan tentang krisis energi, global warming, kekurangan pangan dan berbagai persoalan lain yang mengancam. Berbagai teknologi baru terus bermunculan. Sampai sekarang dan entah sampai kapan manusia akan bisa terus survive, kita tidak pernah tahu batasnya.
Itu menunjukkan bahwa manusia memiliki daya survive dan adaptasi luar biasa. Saat menghadapi musibah dan harus berhadapan dengan hal baru, awalnya ia akan sedih dan takut. Ia menerka-nerka apa yang akan ia hadapi atau malah menggambarkan hal-hal buruk akan terjadi. Saat ia berada di ambang pintu masuk hal baru tersebut, ia ragu dan berharap masih bisa menghindarinya. Tetapi ia tidak bisa menghindarinya, ia harus masuk ke sana dan masuklah dia. Saat ia masuk, ia akan mengalami shock, cemas, sedih, tapi ia hanya punya dua pilihan, survive atau menyerah sekarang dan hancur. Manusia yang bisa mengendalikan emosi dan berpikir rasional, ia akan mulai memijakkan kaki di dunianya kini. Ia akan mulai menelaah apa yang ada di hadapannya, berpikir apa yang menjadi peluang dan bergerak memanfaatkan kesempatan yang masih mungkin. Di saat itulah ia mulai menaiki tangga kehidupannya lagi,bisa bertahap, atau malah memiliki energi besar untuk percepatan.
“Hai hamba-hambaKu yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”(QS. Az-Zumar:10)
Itu adalah salah satu ayat yang menenangkan saya di saat saya menghadapi situasi sulit dan mengharuskan saya memulai segala sesuatu dari awal dengan segala hal yang benar-benar baru. Saya pernah merasa khawatir jika tempat saya yang baru tidak bisa membawa saya pada kebaikan dan capaian yang memuaskan seperti sebelumnya. Namun, membaca ayat tersebut saya seakan diingatkan untuk berpikir positif, tetap semangat dan mengumpulkan serpihan kekuatan. Jika kita melakukan hal baik, pasti akan ada balasan baik, meskipun kebaikan itu tidak datang dalam bentuh bingkisan kado yang manis. Situasi sulit yang saya hadapi, bisa jadi adalah kebaikan, di tempat yang baru bisa jadi ada kesempatan yang lebih besar, ada kebaikan yang lebih besar. Bumi Allah sangatlah luas, sekitar 510 juta km2, bukankah itu benar-benar luas? Lalu kalau kita hanya pindah dari satu rumah ke rumah baru yang masih dalam satu kota, atau berpindah dalam satu kota ke kota lain yang masih dalam satu negara. Atau bahkan harus ke luar negeri sekalipun yang masih ada di planet bumi, apakah kita harus larut dalam kesedihan yang panjang dan menganggap semua telah berakhir? Saya kira justru kehidupan baru saja dimulai.
Di kehidupan kita yang lama mungkin sudah terlalu mekanis dan larut dalam kebiasaan. Ada hal-hal yang belum kita eksplorasi, ada kemampuan yang belum kita keluarkan. Bisa jadi ada banyak hal yang kita lewatkan. Di belahan bumi yang lain atau di bidang yang lain mungkin ada masalah yang bisa kita selesaikan dan butuh kontribusi kita. Bagi orang yang beriman, ia tidak bisa begitu saja mengabaikan Kemaha Besaran Allah. Allah adalah Ar Rahman dan Rahiim, jika Ia menempatkan kita pada suatu tempat berarti ada kebaikan di sana. Tergantung apakah kita mampu melihatnya, mengambil hikmah dan peluang atau tidak. Jika kita jadi kufur dan hanya diliputi oleh pikiran negatif, maka lama-lama kita akan menyesatkan diri kita sendiri.
Jadi, jika saat ini Andapun sedang menapaki babak baru dalam kehidupan, Anda perlu sedikit mengarahkan pikiran, menata sudut pandang dan menumbuhkan optimis. Anda bisa dapatkan itu saat Anda menundukkan diri Anda dalam shalat dan menempelkan dahi Anda di tempat sujud. Jadikan Allah sebagai satu-satunya sandaran dan penolong, maka Ia pula yang akan memberikan kekuatan dan bimbingan dengan jalan yang tidak terpikir oleh Anda.
Selamat berjuang dan Selamat datang pada babak baru kehidupan….

0 comments:

Post a Comment

 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates