Saat kita mendengar kata baru,
mungkin ada rasa bahagia. Bisa mendapatkan sesuatu yang baru tentu sangat
menyenangkan. Baju baru, rumah baru, gadget baru, mungkin juga kekasih baru.
Tetapi tidak semua yang baru membuat orang merasa bahagia. Ada sesuatu hal baru
yang kadang membuat orang menjadi khawatir, takut atau bahkan paranoid. Sesuatu
yang baru itu bisa berupa perbedaan situasi atau perubahan kondisi. Tinggal di
tempat baru, berada pada dunia yang sepenuhnya baru dengan tatanan nilai dan
orang-orang baru akan memunculkan kekhawatiran tersendiri bagi seseorang.
Saya pun pernah mengalaminya.
Jika saya bisa memilih, saya mungkin ingin tetap tinggal bersama sahabat dan
saudara yang sudah lama saya kenal. Saya akan lebih memilih tinggal di rumah
dan bekerja pada lembaga yang bertahun-tahun saya mengabdi di sana. Saya tidak
perlu lagi mengulang segala sesuatu dari awal dan berjalan menapaki lagi
tangga-tangga dari bawah. Tapi apakah hidup bisa seenak itu? Mungkin saja ada
orang-orang yang hidupnya selalu dalam kurva normal, stabil naik bahkan
melejit. Mereka merasakan goncangan tetapi tidak terlalu signifikan, hanya
turun sedikit lalu kembali ke posisi normal. Tapi tidak semua berada dalam
kurva ideal seperti itu, banyak diantaranya yang terjun bebas, terlempar jauh,
terhempas mundur, tapi itulah keajaiban hidup.
‘Takdir memang kejam’. Itu adalah
lagu di era 90an yang menurut saya sudah nggak jaman. Usia bumi ini sudah
sekitar 4,5 Miliar tahun, sudah sangat tua,
sangat renta dan banyak persoalan. Tetapi lihat bagaimana manusia bisa beradaptasi
dan terus berinovasi menghadapi berbagai persoalan di bumi ini. Daerah yang
luluh lantak karena terjangan tsunami, gunung meletus menghancurka semua tanpa
tersisa. Tapi lihat beberapa tahun setelahnya, tanaman mulai tumbuh, manusia
kembali datang, rumah dan berbagai fasilitas terbangun. Aktifitas ekonomi,
pendidikan, sosial mulai kembali, kehidupan hadir kembali setelah kematian. Manusia
tak pernah gentar menghadapi berbagai persoalan tentang krisis energi, global
warming, kekurangan pangan dan berbagai persoalan lain yang mengancam. Berbagai
teknologi baru terus bermunculan. Sampai sekarang dan entah sampai kapan
manusia akan bisa terus survive, kita tidak pernah tahu batasnya.
Itu menunjukkan bahwa manusia
memiliki daya survive dan adaptasi luar biasa. Saat menghadapi musibah dan
harus berhadapan dengan hal baru, awalnya ia akan sedih dan takut. Ia
menerka-nerka apa yang akan ia hadapi atau malah menggambarkan hal-hal buruk
akan terjadi. Saat ia berada di ambang pintu masuk hal baru tersebut, ia ragu
dan berharap masih bisa menghindarinya. Tetapi ia tidak bisa menghindarinya, ia
harus masuk ke sana dan masuklah dia. Saat ia masuk, ia akan mengalami shock,
cemas, sedih, tapi ia hanya punya dua pilihan, survive atau menyerah sekarang
dan hancur. Manusia yang bisa mengendalikan emosi dan berpikir rasional, ia
akan mulai memijakkan kaki di dunianya kini. Ia akan mulai menelaah apa yang
ada di hadapannya, berpikir apa yang menjadi peluang dan bergerak memanfaatkan kesempatan
yang masih mungkin. Di saat itulah ia mulai menaiki tangga kehidupannya
lagi,bisa bertahap, atau malah memiliki energi besar untuk percepatan.
“Hai hamba-hambaKu yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu.
Orang-orang yang berbuat baik di dunia memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu
adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan
pahala mereka tanpa batas.”(QS. Az-Zumar:10)
Itu adalah salah satu ayat yang menenangkan saya di saat
saya menghadapi situasi sulit dan mengharuskan saya memulai segala sesuatu dari
awal dengan segala hal yang benar-benar baru. Saya pernah merasa khawatir jika
tempat saya yang baru tidak bisa membawa saya pada kebaikan dan capaian yang
memuaskan seperti sebelumnya. Namun, membaca ayat tersebut saya seakan
diingatkan untuk berpikir positif, tetap semangat dan mengumpulkan serpihan
kekuatan. Jika kita melakukan hal baik, pasti akan ada balasan baik, meskipun
kebaikan itu tidak datang dalam bentuh bingkisan kado yang manis. Situasi sulit
yang saya hadapi, bisa jadi adalah kebaikan, di tempat yang baru bisa jadi ada
kesempatan yang lebih besar, ada kebaikan yang lebih besar. Bumi Allah
sangatlah luas, sekitar 510 juta km2, bukankah itu benar-benar luas? Lalu kalau
kita hanya pindah dari satu rumah ke rumah baru yang masih dalam satu kota,
atau berpindah dalam satu kota ke kota lain yang masih dalam satu negara. Atau
bahkan harus ke luar negeri sekalipun yang masih ada di planet bumi, apakah
kita harus larut dalam kesedihan yang panjang dan menganggap semua telah
berakhir? Saya kira justru kehidupan baru saja dimulai.
Di kehidupan kita yang lama
mungkin sudah terlalu mekanis dan larut dalam kebiasaan. Ada hal-hal yang belum
kita eksplorasi, ada kemampuan yang belum kita keluarkan. Bisa jadi ada banyak
hal yang kita lewatkan. Di belahan bumi yang lain atau di bidang yang lain
mungkin ada masalah yang bisa kita selesaikan dan butuh kontribusi kita. Bagi
orang yang beriman, ia tidak bisa begitu saja mengabaikan Kemaha Besaran Allah.
Allah adalah Ar Rahman dan Rahiim, jika Ia menempatkan kita pada suatu tempat
berarti ada kebaikan di sana. Tergantung apakah kita mampu melihatnya,
mengambil hikmah dan peluang atau tidak. Jika kita jadi kufur dan hanya
diliputi oleh pikiran negatif, maka lama-lama kita akan menyesatkan diri kita
sendiri.
Jadi, jika saat ini Andapun
sedang menapaki babak baru dalam kehidupan, Anda perlu sedikit mengarahkan
pikiran, menata sudut pandang dan menumbuhkan optimis. Anda bisa dapatkan itu
saat Anda menundukkan diri Anda dalam shalat dan menempelkan dahi Anda di
tempat sujud. Jadikan Allah sebagai satu-satunya sandaran dan penolong, maka Ia
pula yang akan memberikan kekuatan dan bimbingan dengan jalan yang tidak
terpikir oleh Anda.
Selamat berjuang dan Selamat
datang pada babak baru kehidupan….
0 comments:
Post a Comment