Social Icons

Pages

Thursday, April 14, 2016

Mengukur Sukses dan Gagal Melewati Ujian Kehidupan



Musibah atau kesulitan dalam hidup adalah sebuah keniscayaan. Sehebat apapun manusia, setinggi apapun ia berada, akan ada masa di mana ia terjun bebas dan menemui titik balik. Itu adalah paket ujian yang sudah tersaji dalam kehidupan ini.
Ujian diberikan kepada manusia bukan tanpa maksud dan tujuan. Seperti ujian sekolah, baik sekedar ulangan harian, ulangan tengah semester, ujian kelulusan atau apapun itu namanya, setiap ujian diberikan untuk menguji suatu kualitas. Jika ujian sekolah punya standar nilai untuk menentukan apakah seorang siswa sukses atau tidak menempuh suatu ujian dengan angka, lantas bagaimana dengan standar untuk ujian kehidupan? Bagaimana manusia dapat mengukur apakah ia berhasil atau tidak melewati suatu ujian.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNyalah kami kembali. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” Al Baqarah 155-157

Dari ayat tersebut disampaikan perintah untuk memberikan berita gembira kepada orang yang sabar. Dalam ayat sebelumnya disampaikan bahwa bagaiman Allah menguji manusia. Namun kemudian Allah memberikan kabar gembira pada orang-orang yang bersabar. Apa kriteria orang yang bersabar itu? yaitu orang yang apabila ditimpa musibah mengucapkan bahwa apa yang ia miliki adalah milik Allah dan akan kembali kepadaNya. Tentu saja ini bukan hanya sekedar ucapan, namun juga merupakan hal yang diyakini dan dihayati maknanya. Dalam pernyataan ini mengisyaratkan suatu bentuk tawakkal yang dalam. Bahwa manusia berserah kepada Allah. Di ayat terakhir, Allah menegaskan bahwa orang-orang seperti itulah yang mendapat keberkatan, rahmat dan petunjuk. Tentu saja orang-orang seperti ini merupakan orang-orang yang berhasil melewati cobaan-cobaan yang diberikan oleh Allah.
Dari sini dapat dianalisa bahwa orang-orang yang sukses dalam melewati ujian adalah mereka yang sabar, tawakal dan tidak putus asa dengan nikmat Allah. Jika kita baca ayat-ayat Al Qur’an, terdapat banyak sekali perintah untuk bersabar. Sebagaimana ayat di bawah ini:
Jadikan Sholat dan Sabar sebagai penolongmu. dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ yaitu orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya (Al Baqarah 45-46)
Sabar saat menjalani ujian yang diberikan oleh Allah merupakan kriteria sukses dalam menjalani ujian yang diberikan oleh Allah. Orang yang sabar mampu menerima keadaan dengan ikhlas, tenang dan tidak putus asa. Oleh karena itu, Allah menyebutkan bahwa sabar dapat dijadikan sebagai penolong, sebab dengan kesabaran yang benar, orang akan mendapatkan kekuatan untuk bangkit, kejernihan pikiran dan kemantaban hati.
Dalam surat Al Baqarah ayat 46 dijelaskan bahwa orang yang dapat bersabar adalah orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan akan kembali padaNya. Dari sini dapat dipahami bahwa indikator orang yang sabar adalah orang yang tawakkal. Mereka meyakini bahwa mereka hanyalah makhluk yang kelak akan kembali pada Allah. Jika dirinya saja akan kembali pada Allah, apalagi segala yang ada dalam kehidupan ini, tentu juga demikian. Ini artinya bahwa manusia harus tahu dari mana dirinya berasal dan akan menuju kemana.
Dari serangkaian penjelasan di atas, secara sederhana sebenarnya manusia yang sukses melewati ujian adalah ketika dalam ujian tersebut ia menjadi mengingat Allah, berserah padaNya dan bersabar. Hati yang ikhlas dalam menerima ujian sebagai bagian dari proses kehidupan, mengambil hikmah dan menjadi semakin tunduk sujud pada Allah, maka mereka menjadi manusia yang berhasil dalam menghadapi ujian. Orang-orang seperti inilah yang tidak akan menyerah dengan keadaan, tidak terlalu lama berlarut-larut bersedih dan mengutuk keadaan. Tetapi mereka justru bangkit, berevaluasi lalu mencari jalan keluar dengan usaha dan doa.
Namun kita perlu waspada apabila ternyata dalam menghadapi ujian kita juga banyak menghabiskan waktu untuk mengeluh, curhat sana sini dan justru semakin jauh dari Allah. Apalagi jika kita mulai meragukan kasih sayang Allah. Itu berarti ujian tidak membuat kita bisa evaluasi diri. Selepas dari musibah tersebut, kita justru akan terkena penyakit berikutnya, yaitu kesombongan. Kita hanya akan menganggap bahwa kita lepas dari sebuah musibah adalah dari usaha kita sendiri, tidak ada karunia Allah di sana. Berikutnya, manusia seperti ini tidak akan mendekat ke Allah dan sangat rawan menjadi kufur. Balasannya bisa tidak di dunia, tetapi kelak di akherat.
Kita juga perlu waspada bisa jadi kita gagal melewati ujian yang diberikan oleh Allah apabila kita menjadi putus asa ketika mendapati suatu musibah. Jika dalam proses menghadapi sebuah musibah ternyata mulai terasa lelah, tidak kuat dan ada keinginan untuk menyerah, maka sudah pasti itu adalah bisikan setan. Apabila ini kita biarkan dan terus menerus kita dengar, ini akan menggerus iman kita. Bukannya bangkit dan memohon pertolongan Allah, namun justru berlarut-larut dalam keputus-asaan. Padahal di dalam ayat Al Qur’an Allah telah menerangkan bahwa Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum apabila ia tidak merubahnya sendiri.
Dari ikhtisar di ata, dapat kita rangkai bahwa kesuksesan orang dalam melewati ujian dari Allah adalah ketika ia dapat menggabungkan antara kekuatan untuk bangkit dan mendekatnya ia kepada Allah. Sedangkan lawannya adalah putus asa dan kesombongan.

0 comments:

Post a Comment

 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates